Bisnis.com, JAKARTA — Meski tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB), angka kontribusi industri manufaktur mengalami tren penurunan sejak 2015.
Pada 2015, industri manufaktur mencatatkan kontribusi sebesar 20,99 persen terhadap PDB, sebelum mengalami penurunan 4 tahun berturut-turut hingga 2019 yakni 20,52 persen, 20,16 persen, 19,86 persen, dan 19,62 persen. Pada tahun lalu, angka kontribusi tersebut sedikit naik menjadi 19,88 persen.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan ada kendala penurunan utilisasi yang menyebabkan pemangkasan kontribusi dari tahun ke tahun.
"Selain itu, ada penurunan demand baik global maupun domestik, semua yang membuat turunnya kontribusi industri manufaktur terhadap PDB, kami sisir," kata Agus belum lama ini.
Agus mengatakan pemerintah terus melakukan upaya peyisiran masalah yang menyebabkan tren penurunan kontribusi terhadap PDB terus berlanjut. Dia menargetkan pada 2024, kontribusi manufaktur terhadap PDB dapat kembali ke angka 20 persen.
Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Andry Satrio Nugroho mencatat penurunan kontribusi manufaktur terhadap pertumbuhan PDB karena terjadi pergeseran ke sektor perdagangan.
"Ini yang jadi salah satu hal yang kemungkinan memberikan pengaruh juga terhadap pertumbuhan industri manufaktur," kata Andry.
Sebelumnya diketahui, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan 4,5 persen hingga 5 persen pada tahun ini. Adapun, pertumbuhan industri pada 2021 diprediksi sebesar 4 persen hingga 4,5 persen.
Adapun proyeksi Indef, industri manufaktur hanya mampu tumbuh 4,1 persen sampai 4,2 persen pada 2022. Hal itu dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Indef di angka 4,3 persen.