Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bye Stimulus! Sektor Swasta Bakal Jadi Tumpuan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2022

Penggerak ekonomi akan beralih ke sektor swasta. Selama dua tahun terakhir, ekonomi tanah air sangat bertumpu pada stimulus fiskal atau public-led growth.
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Chief Economist Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy mengatakan sektor privat akan menjadi mesih pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Hal ini akan mendorong proses konsolidasi fiskal pemerintah hingga 2023 mendatang.

Pada webinar Insurance Outlook 2022, Selasa (21/12/2021), Leo mengatakan penggerak ekonomi akan beralih ke sektor swasta. Selama dua tahun terakhir, menurutnya, ekonomi tanah air sangat bertumpu pada stimulus fiskal atau public-led growth. Leo mengatakan tahun depan pertumbuhan ekonomi akan berubah menjadi private-led growth.

Dengan bergeraknya sektor swasta, pemerintah akan mengurangi stimulus fiskal. Leo mengatakan stimulus fiskal yang dikeluarkan selama dua tahun pandemi sudah sepuluh kali lipat lebih besar dari yang dikeluarkan pada saat krisis global 2008 silam.

Tentunya, tambah Leo, private-led growth dan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi akan terjadi jika mobilitas ekonomi sudah kembali ke level normal dengan dorongan kondisi penanganan Covid-19 dan vaksinasi.

"Seiring dengan private sector lebih mendominasi pertumbuhan ekonomi tahun depan, maka kita melihat dari sisi fiskal akan secara gradual mulai mengurangi fiscal stimulus-nya. Sampai tahun 2023. Jadi akan mulai konsolidasi fiskal karena private sector engine-nya mulai bergerak," tutur Leo.

Transisi ini pun sudah terlihat di APBN 2022 yang menunjukkan upaya untuk kembali ke level prapandemi. Target defisit yang ditetapkan semakin menurun yaitu ke 4,85 persen terhadap PDB. Tahun ini, pemerintah menargetkan defisit sebesar 5,7 persen terhadap PDB.

Target tersebut merupakan proses untuk kembali ke level defisit di bawah 3 persen terhadap PDB di 2023 mendatang.

"Kita expect di 2021 fiscal deficit bisa -4,5 sampai -5,0 persen [terhadap PDB]. Tahun depan kita expect akan narrowing lagi ke -4 persen," jelasnya.

Di sisi pertumbuhan ekonomi, Leo memproyeksikan ekonomi 202 bisa tumbuh 5,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Proyeksi itu masih berada di kisaran proyeksi pemerintah yaitu 5-5,5 persen (yoy).

Menurut Leo, komponen utama PDB tahun depan akan didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper