Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Cuma Promosi, Ini Cara Ekspor RI Tembus ke Pasar Baru

Indonesia bisa mengandalkan cara lain dalam ekspor untuk menembus pasar baru, tak cuma promosi.
Truk melintas di kawasan pelabuhan peti kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha
Truk melintas di kawasan pelabuhan peti kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) di Jakarta, Kamis (19/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah transaksi terbesar yang dicetak dalam Trade Expo Indonesia (TEI) 2021 dihasilkan dari mitra dagang tradisional. Ekonom menyatakan penetrasi ke pasar nontradisional memang memerlukan upaya ekstra dan tak terbatas melalui promosi lewat pameran.

Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio mengatakan pemerintah bisa mengandalkan pola bisnis ke bisnis untuk memasuki pasar-pasar baru. Hal ini bisa dimulai melalui hubungan bisnis antara perusahaan milik negara.

“Masuk ke pasar baru dan nontradisional memang bukan perkara mudah. Namun bisa dimulai dari penjajakan bisnis, salah satunya lewat BUMN,” kata Andry, Selasa (21/12/2021).

Dalam hal pendekatan bisnis ke bisnis menghadapi kendala, Andry mengatakan pemerintah bisa turun tangan dengan menginisiasi kerja sama perdagangan. Namun pendekatan ini perlu digarap dengan hati-hati demi memastikan Indonesia tak berakhir hanya sebagai pasar.

“Yang paling penting sebenarnya bagaimana meningkatkan daya saing produk atau setidaknya menjaga. Dengan demikian pembeli dari pasar nontradisional juga akan melirik produk kita,” tambahnya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan porsi transaksi dengan mitra nontradisional bisa ditingkatkan, tetapi harus diiringi dengan perubahan strategi.

Dia mengatakan preferensi produk di mitra nontradisional cenderung berbeda dengan negara-negara yang menjadi pangsa utama RI. Dalam hal ini, Indonesia harus jeli menawarkan produk yang sesuai dengan kriteria.

“Kendala utama untuk masuk pasar no tradisional adalah channel distribusi maupun logistik yang terbilang cukup mahal. Permintaan pasti ada, tetapi biaya pengiriman bisa mahal,” sambungnya.

Dia juga mengatakan perdagangan dengan mitra nontradisional kerap diadang hambatan tarif, mengingat negara-negara tersebut belum menjalin kerja sama perdagangan dengan Indonesia. Idealnya, lanjut Bhima, Indonesia memiliki fasilitas dagang dengan negara-negara tersebut dalam bentuk tarif preferensi. Dengan demikian, produk yang memiliki potensi ekspor paling besar bisa menikmati penjualan yang optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper