Bisnis.com, JAKARTA – PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. atau SMBR menargetkan mampu menjual semen di atas 2 juta ton sepanjang tahun ini. Target tersebut tumbuh dari kinerja tahun lalu yang sebanyak 1,93 juta ton.
Sekretaris Perusahaan Semen Baturaja Doddy Irawan mengatakan bahwa sampai dengan kuartal III/2021, realisasi penjualan perseroan mencapai 1,34 juta ton, atau naik 4,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,28 juta ton.
“Kami akan maksimalkan pengeluaran semen hingga akhir tahun ini,” kata Doddy kepada Bisnis, Senin (20/11/2021).
Dia juga mengatakan bahwa bencana banjir, tanah longsor, dan gempa bumi di sejumlah daerah di Indonesia di akhir tahun ini tidak begitu berdampak pada kinerja penjualan dan distribusi semen SMBR.
Meski tak menyebut angka proyeksi pertumbuhan pada tahun depan, Doddy mengatakan, target Semen Baturaja akan mengimbangi kenaikan permintaan.
Sementara itu, meski tidak memiliki lini ekspor dan fokus pada permintaan domestik, Semen Baturaja juga mengalami ketersendatan pasokan batu bara.
Baca Juga
Dia menjelaskan, tekanan harga batu bara yang tinggi belum bergeser meski pemerintah telah menetapkan harga khusus untuk industri semen dan pupuk sebesar US$90 per metrik ton.
“Saat ini kami tertekan dengan kenaikan harga batu bara, sehingga dari vendor [batu bara] cenderung untuk melayani ekspor,” kata Doddy.
Harga batu bara khusus untuk industri semen dan pupuk diharapkan dapat mengurangi tekanan ke depan. Namun, pengaruhnya untuk kinerja tahun ini diperkirakan hanya pada dua hingga satu bulan terakhir saja.
Tersendatnya pasokan batu bara ke industri semen diketahui berdampak pada pabrikan yang memiliki orientasi ekspor.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan, pabrikan semen menyetop aktivitas di sebagian lini produksinya karena kurangnya suplai batu bara.
Sejumlah pabrik yang menyetop sebagian unit produksinya, antara lain PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., PT Semen Tonasa, PT Semen Padang, dan PT Semen Bosowa Maros.
Penyetopan aktivitas di unit-unit produksi tersebut disinyalir akan menurunkan kinerja utilisasi industri pada pengujung tahun ini.
“Demikian juga pabrik semen yang lain, karena tidak bisa ekspor dan konsumsi dalam negeri turun,” kata Widodo.