Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah memanasnya isu bangkrutnya PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan industri baja tetap memiliki prospek yang cerah, mengingat posisinya sebagai induk dari segala industri.
Ketua Bidang Riset dan Teknologi Kadin Indonesia Ilham Habibie menggarisbawahi dua industri yang secara fundamental bergantung pada baja, yakni otomotif dan konstruksi.
Ke depan, dengan hadirnya era elektrifikasi kendaraan, industri baja juga dituntut untuk bisa menyuplai kebutuhan bahan baku rangka kendaraan yang ringan dan memenuhi standar otomotif.
“Saat ini memang baja bukan material utama [untuk badan] mobil listrik, tetapi saya bisa bayangkan akan ada tipe baja yang bisa masuk spesifikasi,” kata Ilham dalam webinar penguatan industri baja nasional, Senin (13/12/2021).
Dia melanjutkan, untuk dapat menciptakan industri baja yang lebih kuat dan progresif, syaratnya adalah penelitian dan pengembangan produk yang berkesinambungan.
Meski demikian, diakuinya bahwa pemerintah dan pelaku usaha memiliki pekerjaan rumah untuk mengerek angka konsumsi baja per kapita per tahun yang masih berada di bawah negara-negara tetangga.
Baca Juga
Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) mencatat konsumsi baja Indonesia hanya 60 kilogram per kapita per tahun. Bandingkan dengan Filipina yang sebesar 94 kilogram per kapita, Thailand 239 kilogram per kapita, Malaysia 299 kilogram per kapita, dan Singapura 488 kilogram per kapita.
“Tetapi memang pola industri akan berubah dan [tingkat konsumsi baja yang rendah] itu akan bisa dikompensasi dengan penelitian, serta pengembangan produk dan jasa yang baik,” lanjutnya.
Prospek industri baja juga dapat dilihat dari sisi dukungan terhadap ekonomi hijau dan ekonomi sirkular. Sebagai bahan mentah, kata Ilham, baja bisa diolah kembali setelah usai masa penggunaannya.
Menurut catatannya, daur ulang baja untuk diolah kembali menjadi bahan baku marak dilakukan sejumlah produsen dunia, bahkan angkanya mencapai dua pertiga dari total material yang digunakan.
“Industri baja juga punya masa depan kalau dilihat dari aspek itu,” katanya.
Selain itu, dia juga mendorong kebijakan dan investasi yang tepat untuk mendorong inovasi bersamaan dengan pengembangan dan penelitian agar sektor baja senantiasa relevan dengan kebutuhan industri terkait.