Bisnis.com, JAKARTA - AS dan sekutu Eropa sedang mempertimbangkan sanksi yang menargetkan bank-bank terbesar Rusia untuk mengubah rubel menjadi dolar dan mata uang asing lainnya jika Presiden Vladimir Putin menyerang Ukraina.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (7/12/2021), menurut sumber anonim yang mengetahui permasalahan ini, bank besar dan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) akan menjadi sasaran, seperti yang dijabarkan oleh Presiden Joe Biden ketika berbicara dengan Putin pada Selasa. AS juga dapat membatasi investor untuk membeli utang Rusia di pasar sekunder.
Adapun, opsi paling mencolok adalah menghalangi akses Rusia terhadap sistem pembayaran internasional Swift. Namun, hal itu dikhawatirkan akan membahayakan transaksi warga sipil sehingga para pejabat lebih cenderung pada opsi mengubah rubel menjadi dolar, euro, atau pound sterling.
Ketegangan antara AS-Rusia meningkat setelah muncul isu rencana Rusia menyerang Ukraina dengan 175.000 pasukan pada tahun depan. Namun, kabar itu dibantah oleh Rusia dan meminta AS dan bangsa Eropa untuk menghentikan bantuan kepada Ukraina, menetapkan “garis merah” de facto yang termasuk melarang bekas republik Soviet bergabung dengan aliansi NATO.
Pada Senin (6/12/2021), Biden melakukan percakapan melalui telepon dengan Prancis, Jerman, Inggris, dan Italia untuk mendiskusikan perhatian mereka terkait dengan aktivitas militer Rusia yang meningkat di perbatasan Ukraina dan retorika Rusia yang keras.
"Para pemimpin menggarisbawahi dukungan mereka untuk kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina,” menurut Gedung Putih yang dirilis pada Senin malam.
Baca Juga
Secara keseluruhan, sikap Biden ini adalah bagian dari upaya Amerika untuk merebut kembali pengaruh yang dibangun Putin di Ukraina. Putin telah menyatakan pihaknya bisa saja menyerang Ukraina, seperti yang dilakukan pada 2014.
Hal ini dilakukan untuk kepentingan keamanan nasional. Putin juga telah menunjukkan ancaman untuk merusak pasar energi dengan memangkas pasokan ke Eropa.