Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membuka peluang investasi kesehatan di Indonesia seiring dengan upaya menekan impor produk kesehatan.
Dia mengatakan, bahwa Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada produk impor. Potensi ini dapat dilihat dari kenaikan pendapatan kelas menengah dan gencarnya kampanye perawatan kesehatan.
"Belajar dari pengalaman penanganan Pandemi Covid-19, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada impor sehingga Industri kesehatan adalah salah satu area prioritas untuk Investasi," katanya saat membuka Health Business Gathering 2021 dikutip Sabtu (4/12/2021).
Selama ini, Indonesia mengandalkan produk impor untuk memenuhi kebutuhan alat kesehatan. Selama dua tahun terakhir, impor Indonesia tumbuh hingga 10 persen mencapai US$703 juta pada 2020.
Impor alat kesehatan menurutnya terus mengalami peningkatan. Impor produk Electrodiagnosis Devices tercatat mencapai US$87 juta, Ultrasonic Scanning Devices US$70 juta serta Needles, catheters, cannula US$43 juta.
"Dengan dukungan untuk pengembangan industri kesehatan, kita yakin bahwa ragam ekspor akan meningkat dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah," tuturnya.
Baca Juga
Dia mencontohkan, pengembangan industri hilir yang awalnya berasal dari ekspor bahan mentah yakni pngembangan baterai lithium dengan menggunakan mineral seperti nikel dan kobalt.
Di sisi lain, pemerintah melakukan penandatanganan tiga letter of intent antara Deputi Koordinasi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto dengan tiga perusahaan alat kesehatan.
Ketiganya adalah PT. Tawada Healthcare mengenai kerja sama di bidang pengadaan dan pemanfaatan lahan untuk sarana produksi alat kesehatan dalam negeri; PT. Siemens Healthineers tentang kerja sama di bidang pendidikan dan alih teknologi alat Kesehatan; dan PT Binabakti Niagaperkasa tentang kerja sama di bidang alih teknologi alat kesehatan.
Kerja sama ini akan bernilai sekitar Rp110 miliar. Penandatanganan LOI adalah tindak lanjut dari kegiatan klarifikasi dan konfirmasi investasi alat kesehatan di Indonesia pada 22-23 November 2021.
Selain perusahaan tersebut, diharapkan masih terdapat sekitar 30 lebih perusahaan lagi yang segera menyusul untuk berinvestasi dan melaksanakan produksi alat kesehatannya di Indonesia.