Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekosistem Mobil Listrik Terganjal Harga yang Masih Mahal

Pemerintah perlu memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air. Harga yang mahal masih jadi kendala.
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (12/12/2020). Fast charging 50 kW ini didukung berbagai tipe gun mobil listrik. ANTARA FOTOrn
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (12/12/2020). Fast charging 50 kW ini didukung berbagai tipe gun mobil listrik. ANTARA FOTOrn

Bisnis.com, JAKARTA — Harga yang masih mahal menjadi tantangan yang harus dihadapi para pemangku kepentingan dalam memacu ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menilai kondisi ini membuat populasi kendaraan listrik masih rendah, yaitu sebanyak 565 unit. Di sisi lain, Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dan anggota Gaikindo sudah menyiapkan produk kendaraan ramah lingkungan tersebut. 

"Umumnya mobil listrik yang baterai elektrik penuh relatif masih rendah populasinya, sampai saat ini masih 565 unit karena harganya masih sangat tinggi," kata Kukuh, dikutip Jumat (3/12).

Saat ini, harga jual kendaraan listrik di Indonesia paling murah sekitar Rp 600 juta, terlalu jauh dari kemampuan daya beli kendaraan masyarakat di bawah Rp 250 juta. Kondisi harga yang tinggi ini dianggap cukup berat untuk mendorong masyarakat beralih ke kendaraan listrik.

"Jadi ada selisih harga sekitar Rp 300 jutaan antara harga mobil listrik dengan harga kendaraan yang diminati masyarakat kita. Ini cukup berat," ujarnya.

Menurut Kukuh, pemerintah negara lain telah memberikan insentif berupa subsidi agar harganya terjangkau, sehingga masyarakat tertarik menggunakan kendaraan listrik. Contohnya China yang memberi subsidi sebesar US$15.000 per unit.

Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini menuturkan, untuk mengakselerasi ekosistem mobil listrik dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak. Zulkifli pun melihat masyarakat membutuhkan kebijakan yang lebih menarik untuk membeli mobil listrik dibandingkan membeli mobil konvensional, sehingga dapat dinikmati masyarakat lebih luas.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan untuk meningkatkan nilai tambah nikel menjadi baterai yang akan digunakan kendaraan listrik dibutuhkan investasi besar dan sejumlah perusahaan pun telah menyatakan minatnya untuk membangun industri kendaraan listrik di Indonesia. 

"Banyak pelaku otomotif mengembangkan investasi di kita, kalau kita lihat Hyundai kurang lebih Rp20 triliun, ke depan Toyota juga akan berencana hingga 2032 Rp28 triliun dan Honda sekitar Rp74 triliun. LG sekitar Rp 104 triliun. Jadi kalau lihat dari ekosistem memang cukup mendukung," tuturnya.

Menurutnya, untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat, meski Indonesia memiliki 20% cadangan nikel di dunia dan saat ini sejumlah fasilitas seperti pengisian daya sudah disediakan PLN. 

Menurut Tauhid, pemerintah harus membuat kebijakan yang lebih kuat untuk menetapkan insentif yang lebih menarik sehingga investor lebih tertarik membangun industri kendaraan listrik di Indonesia. 

"Memang kita lihat dalam waktu dekat kita sebenarnya sudah punya dukungan investasi ini ada beberapa paket insentif, tapi memang terkait regulasi berkaitan insentif yang diberikan pemerintah PP masih dirasakan kurang," imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lucky Leonard
Editor : Lucky Leonard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper