Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) memproyeksikan bahwa kendaraan listrik dapat menekan impor minyak dalam beberapa waktu ke depan.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menilai bahwa transisi mobil listrik bukan hanya meningkatkan penggunaan listrik. Kendaraan baterai juga dinilai unggul dibandingkan kendaraan konvensional menuju energi hijau.
Dengan terbangunnya ekosistem kendaraan listrik yang energinya bersumber dari dalam negeri, maka penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak akan berkurang. Walhasil negara dapat mengurangi impor minyak dan berujung pada penghematan devisa.
Kondisi ini akan menekan angka defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit sekaligus membuat perekonomian dalam negeri lebih stabil.
"Kita paham kita mengimpor triliunan rupiah bahan bakar untuk mobil fosil, sementara untuk mobil listrik kita tidak melakukan impor terkait dengan energi primer. Kami yakin dan berharap kebijakan pemerintah untuk dapat melakukan penghapusan dari PPn dan PPh tersebut sesuai yang dinikmati mobil fosil,"katanya dalam keterangan resmi, Kamis (2/12/2021).
Sekertaris Utama Kementerian Investasi Ikmal Lukman mengatakan bahwa Indonesia tidak mau ketinggalan dalam mengembangkan kendaraan listrik di dalam negeri.
"Amerika, Eropa, China mereka berlomba-lomba membuat kebijakan bagi percepatan penggunaan dan produksi kendaraan listrik, jadi mereka memberikan suatu kebijakan yang kondusif bagaimana bisa mendorong tumbuhnya industri mobil listrik dan penggunaan mobil listrik bagi para penduduknya," katanya.
Dia menyebutkan Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Kondisi ini menjadi peluang Indonesia sebagai produsen baterai dan mobil listrik, dengan menerapkan penghiliran nikel. Dari proses ini, nikel dapat menghasilkan baterai cell kendaraan listrik.
Menurutnya, ekosistem kendaraan listrik dalam negeri perlu didukung dengan produksi katoda, battery cell hingga menjadi kendaraan listrik.