Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta badan usaha pertambangan untuk beradaptasi menghadapi tren transisi energi untuk menekan emisi karbon.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan bahwa adaptasi diperlukan demi menyelamatkan iklim dunia.
“Tren ini bukan halangan, tapi peluang baru bagi pertambangan batu bara agar bisa saling kompetitif dengan menyesuaikan diri dengan keadaan,” katanya saat Webinar Dampak Perubahan Iklim Terhadap Batu Bara, Rabu (1/12/2021).
Kementerian mencatat, cadangan baru bara di Indonesia mencapai 144 miliar ton, dan 39 miliar ton potensi lainnya pada 2020. Dari cadangan itu, diperkirakan komoditas tersebut diperkirakan masih akan bertahan hingga 70 tahun ke depan.
Saat ini, rerata produksi batu bara dalam negeri mencapai 566 juta ton dengan serapan untuk kebutuhan domestik sekitar 132 juta ton. Sepanjang 2021, pemerintah memasang target produksi 625 juta ton dengan kebutuhan domestik 137,5 juta ton.
Menurut Irwandy, agenda COP 26 di Glasgow, Skotlandia, beberapa waktu lalu menjadikan sektor batu bara menghadapi tekanan.
Baca Juga
Pasalnya, pemerintah dunia menginginkan agar penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik dikurangi. Energi fosil itu diharap dapat dialihkan dengan energi baru terbarukan (EBT).
Namun begitu, baru bara masih menjadi bahan bakar pembangkit paling murah dibandingkan dengan energi lainnya, seperti minyak dan gas bumi maupun EBT. Bahkan, sekitar 41 persen dari total bahan bakar energi masih didominasi oleh batu bara.
“Komoditas batu bara menghadapi tantangan, baik aspek lingkungan maupun finansial,” terangnya.
Irwandy menyebutkan bahwa pemerintah telah berkomitmen untuk menekan emisi gas rumah kaca dengan 29 persen diusahakan melalui kemampuan sendiri, dan 41 persen melalui bantuan asing.
Upaya menekan emisi, kata Irwandy, akan dilakukan dengan pengembangan energi terbarukan secara masif, meniadakan tambagan PLTU kecuali telah kontrak dan konstruksi, penggunaan storage system, hingga interkoneksi smart grid.
Di sisi lain, pemerintah tetap mendorong optimasi batu bara agar industri tidak terhenti begitu saja. Beberapa peluang bisnis baru dinilai dapat menjadi perhatian pelaku industri tersebut.
Upaya itu, kata Irwandy, dapat dilakukan dengan optimalisasi PLTU menggunakan teknologi ultra critical maupun CCUS, menghentikan tambahan pembangunan PLTU batu bara di Jawa, penghiliran untuk industri pupuk, pembuatan produk kokas dan semi kokas, pemanfaatan logam tanah jarang, hingga penerapan teknologi maju.
“Dengan adanya peluang ini, pemanfaatan batu bara masih dapat dilakukan kegiatan produksinya [sekaligus] berkontribusi dalam penurunan emisi karbon sesuai NZE 2060,” terangnya.