Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang Diramal Tetap Perkasa hingga Akhir Tahun, Harga Komoditas Bikin Joss!

Surplus neraca perdagangan Oktober ini melampaui rekor pada Agustus 2021 sebesar US$4,74 miliar. Tren ini diperkirakan akan berlanjut berkat harga komoditas yang tinggi hingga akhir tahun.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan rekor surplus tertinggi pada Oktober 2021 sebesar US$5,74 miliar.

Surplus neraca perdagangan ini melampaui rekor pada Agustus 2021 sebesar US$4,74 miliar. Tren ini diperkirakan akan berlanjut berkat harga komoditas yang tinggi hingga akhir tahun.

Surplus didorong oleh kinerja ekspor yang mencapai US$22,03 miliar. Nilai tersebut tumbuh 6,89 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 53,35 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Di sisi lain, impor pada periode tersebut tercatat sebesar US$16,29 miliar, atau tumbuh 0,36 persen (mtm) dan 51,06 persen (yoy).

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan neraca dagang Oktober 2021 melampaui proyeksi sebelumnya yaitu US$3,95 miliar, dan konsensus pasar sebesar US$3,85 miliar. Capaian ini melanjutkan tren surplus yang telah berlangsung selama 18 bulan sejak Mei 2020.

"Jika dilihat berdasarkan perolehan 10 bulan 2021, neraca dagang mencatatkan US$30,81 miliar surplus [vs. US$16,93 miliar pada 10 bulan 2020], yang mana ekspor tumbuh sebesar 41,80 persen [yoy] ke US$186,32 miliar, dan impor tumbuh 35,86 persen [yoy] ke US$155,51 miliar," jelas Andry dalam kajiannya, Senin (15/11/2021).

Tren surplus diperkirakan berlanjut ke depannya, yang didorong oleh kinerja ekspor. Hal ini tidak lepas dari kondisi harga komoditas yang diperkirakan relatif tetap tinggi hingga akhir 2021.

Oleh karena itu, Andry memperkirakan akan ada potensi surplus kecil pada neraca transaksi berjalan sepanjang 2021. Sebelumnya, proyeksi dari Bank Mandiri terkait dengan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) adalah sebesar -1,06 persen dari PDB 2021.

Kini, Andry memperkirakan neraca transaksi berjalan 2021 bisa mencatatkan perolehan akhir (defisit) -0,2 persen sampai dengan (surplus) 0,1 persen terhadap PDB. Proyeksi ini sangat tergantung kepada kinerja neraca dagang pada kuartal IV/2021.

"Ini bisa mendukung stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan dari normalisasi kebijakan moneter global," tutup Andry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper