Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Energi Nasional (DEN) memastikan komitmen Indonesia dalam pembangunan rendah karbon dan energi bersih dalam forum Conference of the Parties (COP) ke-26 yang diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia.
“Komitmen RI tersebut sejalan dengan Sustainable Development Goals [SDGs], yaitu affordable & clean energy, climate actions, serta decent work & economic growth,” kata Anggota DEN Satya Widya Yudha melalui keterangan resmi, Senin (15/11/2021).
Dalam forum COP26 UNFCCC dengan tema Green Economy and Infrastructure Development: A High Call for Urgency, Satya menjelaskan komitmen Presiden Joko Widodo terkait sektor energi, melalui pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan PLTS terbesar di Asia Tenggara, penggunaan EBT, dan pengembangan industri berbasis energi bersih, termasuk pembangunan salah satu kawasan industri hijau terbesar di dunia di Kalimantan Utara.
“Hal ini membutuhkan dukungan dan kontribusi internasional dari negara-negara maju, dan Indonesia akan terus mendukung climate finance dan inovasinya, serta pembiayaan hibrida, green bonds, hingga green sukuk,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa pembiayaan iklim dengan pendanaan dari negara maju merupakan game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara berkembang, dan Indonesia akan dapat berkontribusi lebih cepat terhadap net zero emission.
Satya juga menegaskan bahwa penurunan emisi karbon tidak saja dilakukan melalui mekanisme green economy, tetapi juga blue economy, yakni bagaimana menurunkan karbon sekaligus menyejahterakan rakyatnya.
Baca Juga
Menurut dia, DEN memonitor pembangunan infrastruktur ekonomi hijau dengan mengawasi implementasi dari RUED sebagai turunan dari RUEN.
“Untuk itu, ke depan perlu diselaraskan dengan tujuan transisi energi menuju net zero emission,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Kaukus Ekonomi Hijau DPR Mercy Chriesty mengatakan, langkah percepatan dalam pencapaian target energy baru terbarukan (EBT), antara lain dengan melakukan penambahan kapasitas untuk memenuhi permintaan baru yang tidak hanya yang tercantum dalam RUPTL, dan substitusi energi menggunakan teknologi existing, seperti B30, co-firing, dan pemanfaatan RDF.