Bisnis.com, JAKARTA — Sepanjang 2021 atau tak sampai setahun, kilang-kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) mengalami kebakaran sebanyak tiga kali.
Kejadian terakhir terbakarnya kilang minyak milik Pertamina terjadi pada Sabtu (13/11/2021), yaitu kebakaran di Refinery Unit (RU) IV Cilacap Tangki 36T-102 milik Pertamina, yang berisi komponen Pertalite sebanyak 31.000 kiloliter, di Lomanis, Cilacap Tengah.
Pada lima bulan sebelumnya atau tepatnya Jumat (11/6/2021), kebakaran juga terjadi di kilang Cilacap, yaitu area pertangkian 39 Pertamina RU IV Cilacap pukul 19.45 WIB, di bundwill tangki 39T-205.
Sebelumnya lagi, yaitu pada Senin (29/3/2021), kebakaran juga terjadi di kilang minyak milik Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat pada pukul 00.45 WIB dini hari.
Kebakaran yang melanda kilang di Balongan cukup besar sehingga proses pemadaman memakan waktu sampai 2 hari.
Ketika itu, petir disebut-sebut sebagai pemicu terjadinya kebakaran sehingga mendorong Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan analisa terhadap kejadian sambaran petir di sekitar lokasi kejadian.
Baca Juga
Usai Analisis, BMKG menyebutkan kebakaran yang melanda Kilang Minyak Balongan di Indramayu pada dini hari bukan disebabkan oleh sambaran petir.
Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu Rahmat Triyono mengatakan hal tersebut berdasarkan alat monitoring lightining detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung.
"Dari pukul 00.00 hingga pukul 02.00 WIB, bahwa tidak terdeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah kilang minyak Balongan, Indramayu," katanya ketika itu..
Berdasarkan hasil monitoring alat kelistrikan udara, kata Rahmat, bahwa pada saat kejadian kebakaran sekitar pukul 00.00-02.00 WIB, menunjukkan kerapatan petir berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan sejauh kurang lebih 77 kilometer, yaitu di sekitar Subang dengan klasifikasi tingkat kerapatan petir sedang hingga tinggi.