Bisnis.com, JAKARTA — PT Bio Farma (Persero) tengah mengajukan harga baru reagen tes PCR menjadi Rp89.100 (termasuk PPN) pada e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah atau LKPP.
Adapun harga reagen yang berlaku saat ini masih di angka Rp193.000 (termasuk PPN) yang tayang sejak Februari 2021.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan pengajuan harga baru itu diharapkan dapat menekan biaya produksi di tengah pasar menyusul penetapan harga eceran tertinggi (HET) tes PCR yang dipatok sebesar RP275.000 hingga Rp300.000.
Honesti mengatakan Bio Farma tengah berfokus untuk meningkatkan kapasitas produksi reagen PCR sebagai salah satu komponen utama dari struktur biaya pemeriksaan PCR. Rencanannya, Bio Farma bakal meningkatkan kapasitas produksi reagen mencapai 5 juta tes setiap bulannya dari kapasitas tersedia saat ini di angka 2,4 juta tes per bulan.
“Kami berkeyakinan dengan semakin banyak suplai dalam negeri mungkin harga ini bisa kita turunkan ke level tertentu dan juga ada bisnis model yang berkembang sekarang antara pemilik mesin dan reagennya sendiri mungkin bisa menekan harga,” kata Honesti saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).
Berdasarkan catatan perseroan sepanjang Agustus 2020 hingga Januari 2021, produksi Biocov (Singleplex) dengan kapasitas produksi yang masih terbatas mampu mendorong kompetitor untuk menurunkan harga reagen PCR di sekitar Rp400.000 sampai Rp800.000 per tes.
Baca Juga
Bio Farma kemudian melakukan inovasi produk menjadi Mbiocov Multiplex yang meningkatkan permintaan pasar pada paruh pertama tahun ini.
“Mulai 13 bulan terakhir kita sudah mencapai 40,5 persen dari reagen utama yang digunakan dalam pengetesan nasional yang menurut data yang kami terima sudah sekitar 16 juta tes,” kata dia.
Adapun struktur harga reagen tes PCR milik Bio Farma mayoritas didominasi oleh biaya produksi dan bahan baku mencapai 55 persen.
Selanjutnya 16 persen dihabiskan untuk biaya operasional, 14 persen untuk biaya distribusi termasuk di dalamnya margin untuk distributor, royalti 5 persen dan margin untuk perseroan sebesar 10 persen. Dengan demikian, harga reagen tes PCR milik Bio Farma setelah Oktober 2021 di posisi Rp90.000 (tidak termasuk PPN).
“Harga PCR di Indonesia ini adalah yang termurah kalau dibandingkan dengan Thailand, Malaysia dan Singapura malah beberapa negara kemarin saya sempat bertemu partner di UAE juga harganya jauh lebih mahal dari pada di sini,” kata dia.
Sebelumnya, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) berkirim surat ke Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menetapkan standar harga dan mutu bahan medis habis pakai seiring kebijakan harga eceran tertinggi atau HET yang dipatok sebesar Rp300.000 bagi alat Polymerase Chain Reaction (PCR).
Permintaan standarisasi harga dan mutu bahan medis habis pakai itu di antaranya menyasar pada reagen kit, viral transport medium (VTM), alat pelindung diri (APD) dan kebutuhan langsung atau tidak langsung penanganan pandemi Covid-19.
Sekretaris Jenderal ARSSI Ichsan Hanafi mengatakan standarisasi harga dan mutu bahan medis habis pakai itu diharapkan dapat menekan biaya pelayanan kesehatan rumah sakit swasta seiring penetapan HET alat PCR beberapa waktu terakhir.
“Kita mencari reagen yang bisa lebih ekonomis lagi untuk menyesuaikan HET itu, supaya terstandar reagen dan alat lainnya, jadi dimasukkan saja di e-katalog sehingga pemerintah bisa membantu ke importir supaya harganya bisa menyesuaikan,” kata Ichsan melalui sambungan telepon, Minggu (31/10/2021).