Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian mendorong sektor logam untuk lebih berfokus pada hilirisasi dibandingkan dengan pengembangan di sisi hulu, termasuk pembangunan smelter.
Analis Kebijakan Direktorat Industri Logam Kementerian Perindustrian Sri Bimo Pratomo menyarankan agar pembangunan industri hulu dihentikan untuk sementara waktu.
“Kalau menambah smelter lagi rasanya kurang pas juga. Pada Ripin, kita akan fokus pada hilirnya,” katanya saat webinar Grand Strategi Sektor Minerba, Selasa (2/11/2021).
Konsentrasi pada sektor hilir disebut akan memberikan nilai tambah bagi industri. Sementara itu, dia menilai konsentrasi pada sektor hulu akan berpengaruh pada cadangan sumber daya alam.
Selama ini, Kementerian Perindustrian menilai bahwa industri hulu untuk nikel, tembaga maupun aluminium sudah membludak. Sebab itu, diperlukan kemauan bersama untuk fokus pada hilirisasi.
“Kita setop dulu [pengembangan industri hulu] yang baru-barunya, tapi kita kencangkan konsentrasi ke hilirnya, sehingga nanti hulunya bisa terserap ke hilir dan jadi produk jadi dan nanti ekspor enggak masalah,” terangnya.
Pemerintah sendiri menargetkan pembangunan 53 smelter hingga 2024. Tahun ini, pemerintah membidik 23 proyek smelter melalui pembangunan empat smelter pada tahun ini.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa dua perusahaan yang telah menyelesaikan konstruksi fisik adalah PT Smelter Nikel Indonesia di Banten dan PT Cahaya Modern Metal Industri di Banten.
“Harusnya keempat smelter ini selesai 2021. Namun, yang saat ini selesai secara fisik 100 persen adalah PT Smelter Nikel Indonesia dan PT Cahaya Modern Metal Industri,” katanya saat konferensi pers capaian kinerja kuartal III/2021, Selasa (26/10/2021).
Adapun dua perusahaan yang masih dalam proses konstruksi adalah Antam di Maluku Utara dan PT Kapuas Prima Citra di Kalimantan Tengah. Smelter Antam telah terbangun 97,7 persen.
Ridwan menyebut bahwa Antam hanya perlu menyelesaikan masalah pasokan listrik, sehingga belum dapat beroperasi. Dia menyebut, penyelesaian itu dapat diselesaikan antara Antam dan PT PLN (Persero).
Selain itu, smelter PT Kapuas Prima Citra di Kalimantan Tengah telah terbangun 99,87 persen. Saat ini proses konstruksi sedang menunggu tenaga ahli dari China sebagai ahli proses smelter yang direncanakan datang pada bulan ini.
Di sisi lain, PT Smelter Nikel Indonesia telah telah berhasil melakukan uji coba produksi. Saat ini kegiatan perusahaan berhenti sementara karena kekurangan dana untuk operasi.