Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ancaman Stagflasi, Eksportir Tak Langsung Dorong Produksi

Kekhawatiran akan terjadinya stagflasi sebagai imbas dari naiknya permintaan pascapenguncian dan belum pulihnya pasokan barang di destinasi ekspor, dinilai tidak langsung direspons pelaku usaha dengan mendorong produksi.
Suasana bongkar muat kapal kontainer di Terminal Multiguna Pelabuhan Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, Kamis (27/12). PT Pelabuhan Indonesia I melepas kargo ekspor  perdana di terminal tersebut dengan kapal Wan Hai 505, membawa 180 TEUs kargo ekspor tujuan China./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat kapal kontainer di Terminal Multiguna Pelabuhan Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, Kamis (27/12). PT Pelabuhan Indonesia I melepas kargo ekspor perdana di terminal tersebut dengan kapal Wan Hai 505, membawa 180 TEUs kargo ekspor tujuan China./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Kekhawatiran akan terjadinya stagflasi sebagai imbas dari naiknya permintaan pascapenguncian dan belum pulihnya pasokan barang di destinasi ekspor, dinilai tidak langsung direspons pelaku usaha dengan mendorong produksi.

Koordinator Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani menilai, pelaku usaha berorientasi ekspor belum tentu meningkatkan kapasitas produksi untuk mengimbangi kenaikan permintaan pasar global. Kapasitas produksi yang terpakai menjadi penyebabnya.

“Kapasitas produksi kita sekarang belum tentu sudah dipakai semuanya untuk ekspor. Contohnya di besi dan baja yang menjadi rising star dalam 3 tahun terakhir. Kapasitasnya baru di kisaran 40–50 persen, padahal idealnya dipakai 80 persen,” kata Shinta, Kamis (28/10/2021).

Dia menjelaskan, masih ada jurang antara kapasitas produksi terpasang dan yang telah dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja ekspor.

Dia juga menilai, langkah yang perlu diambil saat ini bukanlah meningkatkan produksi, tetapi peningkatan produktivitas atau output industri berorientasi ekspor.

“Ini juga akan terkait dengan seberapa jauh pemerintah Indonesia bisa memfasilitasi eksportir kita untuk memperlancar proses impor dan ekspor,” tambahnya.

Produktivitas ekspor nasional juga akan ditentukan dengan kelancaran dan efisiensi biaya logistik perdagangan, stabilitas nilai tukar, peningkatan pembiayaan ekspor, dan dukungan penetrasi di pasar tujuan.

Menurutnya, eksportir nasional sejatinya sigap menyambut permintaan ekspor yang tinggi, asalkan didukung dengan sistem yang akomodatif.

Dalam momentum menuju pemulihan, Shinta mengatakan, dukungan paling krusial mencakup perluasan pembiayaan ekspor yang terjangkau dan fasilitasi perdagangan dari sejumlah kendala, seperti harga bahan baku dan kesulitan logistik.

Sebagaimana diwartakan Bisnis sebelumnya, stagflasi atau inflasi tinggi yang berkepanjangan mengintai berbagai destinasi ekspor, sejalan dengan hambatan rantai pasok global, lonjakan harga komoditas, besarnya permintaan setelah penguncian perlahan dilonggarkan, dan terbatasnya jumlah tenaga kerja.

Situasi ini membuat otoritas moneter di sejumlah negara diterpa dilema dalam menentukan kebijakan. Salah satunya adalah Amerika Serikat yang sejatinya akan memulai kebijakan pengurangan pembelian aset menjelang pergantian tahun.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa tingkat inflasi di Amerika Serikat mencapai 5,4 persen pada September 2021, tertinggi sejak 2008. Di sisi lain, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di AS hanya 194.000 pada September, angka ini menjadi pertumbuhan yang paling rendah sepanjang tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper