Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah video yang ramai beredar di sosial media diketahui bahwa dua Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek saat uji coba Tabrakan di Kawasan Munjul, Jakarta Timur pada Senin (25/10/2021).
Peristiwa LRT tabrakan ini menjadi perhatian pengguna media sosial, khusus moda transportasi modern yang diadopsi oleh negara-negara maju. Bagaimana sejarah LRT di Indonesia?
LRT merupakan moda layanan transportasi yang mengoperasikan kereta penumpang di atas rel ringan. Kemudian, LRT bekerja dengan konsep memindahkan penumpang lebih banyak melalui operasi rute yang lebih banyak.
Sampai saat ini, LRT Jabodetabek tahap 1 terdiri dari 3 lintas layanan dimana lintas layanan 1 Cawang-Cibubur, lintas layanan 2 Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, dan lintas layanan 3 Cawang-Bekasi Timur.
Melansir pada situs resmi lrtjabodebek.adhi.co.id, Senin (25/10/2021) LRT Jabodebek menggunakan teknologi U-Shape Girder, dimana itu dijadikan pondasi struktur bangunan LRT. Teknologi U - Shape Girder merupakan gelagar dengan cetakan beton berbentuk "U".
Teknologi tersebut diadopsi dari Perancis, dimana salah satu kelebihannya ada pada kecepatan dalam proses pembangunan. Hal tersebut tentu mengefisiensikan waktu supaya durasi pembangunan tidak terlalu lama.
Baca Juga
Tak hanya itu, dalam proyek LRT Jabodebek juga didukung oleh komponen Pier Head, yang merupakan dasar untuk menopang U - Shape Girder.
LRT sendiri pertama kali diputuskan untuk dibangun yaitu pada tahun 2015 melalui keputusan presiden yang menunjuk ADHI melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015 untuk membangun prasarana LRT.
Dalam peraturan tersebut, ADHI diarahkan untuk membangun prasarana LRT sebanyak 6 lintasan mulai dari Cibubur, Dukuh Atas, Bekasi Timur, Senayan, Bogor, dan Grogol.
Sebelumnya, pembangunan LRT Jabodebek dilatarbelakangi oleh kemacetan parah yang selalu terjadi di Jakarta. Mengurangi kepadatan dan meminimalisir kemacetan Jalan Tol Jakarta Cikampek, serta Jalan Tol Jagorawi menjadi tujuan disediakannya LRT sebagai salah satu moda transportasi publik.
Dengan demikian, LRT Jabodebek dibangun untuk mengurangi kepadatan tersebut khususnya untuk para kendaraan yang masuk Jakarta dari kota - kota disekitarnya.
Selanjutnya, belum lama ini diselenggarakannya kegiatan Pelepasan Kereta LRT Jabodebek Trainset ke-31, dimana rangkaian ini diungkapkan melengkapi trainset LRT Jabodetabek lainnya yang sudah terlebih dahulu dikirimkan sejak 2019.
Pengoperasian ke-31 trainset terbaru ini akan melayani LRT Jabodebek dengan formasi masing-masing trainset terdiri atas 6 kereta dengan kecepatan operasi maksimum hingga 80km/jam.
Selain itu, LRT Jabodebek ini juga akan berbekal teknologi tinggi dengan mengadopsi teknologi kereta api Grade of Automation (GoA) tingkat 3, yang memungkinkan mengoperasikan kereta tetap bergerak tanpa perlu dikendalikan oleh masinis.
LRT ini dapat bergerak tanpa perlu dikendalikan oleh masinis. Tingkatan teknologi yang digunakan tentu lebih tinggi dari teknologi kereta yang digunakan pada LRT Sumsel atau MRT Jakarta.
Ditambah, selain pengoperasian tanpa masinis, hadirnya teknologi GoA 3 dapat memungkinkan operasional LRT Jabodetabek dijalankan tepat waktu dengan headway hingga kurang dari tiga menit.
Kendati demikian, tabrakan 2 kereta LRT yang terjadi di Jakarta Timur belum diketahui detail penyebabnya. Adapun kecelakaan LRT tersebut, terjadi saat sedang melakukan uji coba.