Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas memproyeksikan Indonesia akan mengalami kekurang pasokan gas bumi untuk pipa sampai dengan akhir tahun nanti. Hal tersebut terjadi karena adanya kenaikan baik untuk ekspor dan di dalam negeri.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Handoko menjelaskan kondisi tersebut terjadi karena planned shutdown dan unplanned shutdown pada fasilitas hulu, perubahan perkiraan pasok dari hulu, dan kontrak gas bumi yang lebih besar dari kemampuan pasok, serta terjadinya planned shutdown pada fasilitas hilir.
"Kita tahu sebagian gas pipa ada yang kita ekspor dan untuk domestik, sampai September 2021 antara kebutuhan dan pasokan gas itu balance, tapi mulai dari Oktober sampai dengan Desember itu diperkirakan memang kita masih ada selisih kurang supply," katanya dalam paparan yang digelar pada Selasa (19/10/2021).
Adapun, total pasokan pada Oktober diproyeksikan mencapai 3.880,1 Bbtud, sedangkan kebutuhan gas pipa domestik sebesar 3.174,94 Bbtud dan kebutuhan gas pipa ekspor sebesar 850 Bbtud. Dari jumlah kebutuhan itu maka terdapat selisih pasokan sebesar 144,85 Bbtud.
Sementara itu, SKK Migas memproyeksikan akan terjadi kekurangan pasokan pada November dan Desember dengan selisih 232,59 Bbtud karena jumlah pasokan yang tersedia pada periode itu diproyeksikann hanya mencapai 3.946,4 Bbtud, sedangkan jumlah kebutuhan pasokan gas pipa domestik sebesar 3.329,02 Bbtud dan kebutuhan gas pipa ekspor 850 Bbtud.
"Perkiraan di 2021 sampai akhir tahun pasokan gas untuk gas pipa 3.890,94 Bbtud per day kemudian kebutuhan ekspor 765,61 Bbtud, dan kebutuhan gas pipa domestik 3.176,5 Bbtud, ada shortage sedikit 51,17 Bbtud," kata Arief.