Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Enggan Beri Penangguhan Utang untuk Negara-Negara Afrika

Beberapa bank ataupun lembaga keuangan China juga mengatakan mereka merugi jika dibandingkan dengan pemberi pinjaman dari negara lain – terutama dalam Inisiatif Penangguhan Layanan Utang Kelompok 20 (DSSI).
Suasana jalanan di kota Beijing China/ Bloomberg
Suasana jalanan di kota Beijing China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kreditur China mungkin tidak berkeinginan membuang uang lagi, setelah mereka menolak untuk menyetujui pembekuan lebih lanjut pada pembayaran utang untuk beberapa negara.

China, pemberi pinjaman bilateral terbesar di Afrika, mengatakan pinjaman komersialnya tidak boleh dipaksa untuk memberikan keringanan utang dan mengkritik Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia karena tidak berbuat cukup untuk meringankan beban utang.

Beberapa bank ataupun lembaga keuangan China juga mengatakan mereka merugi jika dibandingkan dengan pemberi pinjaman dari negara lain – terutama dalam Inisiatif Penangguhan Layanan Utang Kelompok 20 (DSSI), yang diperkenalkan tahun lalu untuk membantu negara-negara miskin memerangi Covid-19.

Deborah Brautigam, seorang profesor ekonomi politik internasional di Universitas Johns Hopkins dan direktur pendiri China Africa Research Initiative, mengutip kasus Kenya, mengatakan bahwa Bank Ekspor-Impor China (Eximbank) enggan untuk terus mengucurkan utang baru karena menilai Kenya tidak dapat melakukan pembayaran atas pinjaman yang ada sebelumnya.

Kenya telah diuntungkan dari pembekuan utang enam bulan senilai US$378 juta di bawah skema DSSI tersebut dan ingin memperpanjangnya lebih lanjut ketika perjanjian itu berakhir pada Juni.

Namun, permintaan tersebut mendapat perlawanan dari China Eximbank yang telah meminjamkan uang untuk mendanai kereta api dan akan mulai menerima pembayaran pada bulan Januari lalu.

“Kontrak pinjaman China Eximbank menentukan bahwa jika peminjam menghentikan atau menangguhkan pembayaran kepada salah satu krediturnya, maka China Eximbank dapat menghentikan pencairan pinjamannya dan bahkan memanggil mereka,” kata Brautigam.

“Saya kira begitu Kenya meyakinkan China Eximbank bahwa mereka dapat melakukan pembayaran pinjaman, dan menarik permintaan DSSI, keran pencairan dihidupkan kembali,” tambahnya, dikutip dari SCMP.

Beijing memberikan setidaknya US$12,1 miliar dalam bantuan utang global pada tahun 2020 dan 2021 ke puluhan negara yang dilanda pandemi virus Corona, tetapi hanya empat yang secara resmi merilis informasi tentang keringanan utang G20 mereka dari pemberi pinjaman China, yaitu Maladewa (US$25 juta), Tajikistan (US$40 juta), Zambia (US$110 juta), dan Kenya (US$378 juta). Data ini dikumpulkan oleh China Africa Research Initiative.

Beijing juga disebut-sebut telah membatalkan utang pinjaman tanpa bunga yang akan jatuh tempo pada akhir 2020 untuk 15 negara Afrika. Pembatalan diumumkan untuk tujuh negara dari total 15 negara tersebut bernilai setidaknya US$113,8 juta.

Mark Bohlund, Analis Riset Kredit Senior di REDD Intelligence, menilai China sejauh ini enggan untuk secara terbuka menyatakan garis yang jelas tentang pengurangan utang ke negara-negara berkembang.

China telah mendaftar untuk DSSI, tetapi Negeri Panda tersebut telah mengambil garis bahwa pinjaman komersial oleh China Development Bank dan China Eximbank tidak boleh dimasukkan dalam komitmen ini.

“Ini menyentuh titik sakit perasaan China bahwa mereka telah diminta untuk menerima penangguhan pembayaran pinjaman bilateral pada tingkat yang umumnya lunak, sementara negara-negara berkembang diperkirakan akan terus melayani pinjaman yang lebih mahal kepada kreditur komersial, umumnya dari negara-negara G7, dengan dampak perkembangan yang lebih kecil atau tidak sama sekali,” kata Bohlund.

Wu Peng, Direktur Jenderal Departemen urusan Afrika Kementerian Luar Negeri China, mengatakan kepada China Africa Project bulan ini bahwa China telah menandatangani perjanjian tentang penangguhan utang dengan 19 negara Afrika.

“Para kreditur resmi China telah memberikan kontribusi besar untuk implementasi DSSI,” kata Wu.

Namun, dia mengatakan masyarakat internasional perlu memberikan keringanan utang dan dukungan pembiayaan kepada negara-negara tersebut.

China telah mendorong alokasi lebih banyak kuota hak penarikan khusus (SDR) ke Afrika oleh IMF untuk membantu negara-negara mengatasi masalah likuiditas mereka.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper