Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Buka Pariwisata untuk Wisman, Pengamat: Tak Signifikan Pompa Ekonomi

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksikan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 1,5 juta orang pada tahun ini dengan devisa mencapai US$0,36 miliar. 
Sejumlah wisatawan berswafoto di kawasan pantai yang terbentuk dari fenomena akresi (penambahan garis pantai dari darat menuju laut akibat sedimentasi bertahun-tahun) di Desa Surodadi, Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (11/2/2020). Munculnya pantai berpasir hitam seluas sekitar 4 hektare akibat fenomena alam tersebut menjadi potensi destinasi wisata baru yang rencananya akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) guna meningkatkan ekonomi masyarakat setempat./ANTARA FOTO-Aji Styawan
Sejumlah wisatawan berswafoto di kawasan pantai yang terbentuk dari fenomena akresi (penambahan garis pantai dari darat menuju laut akibat sedimentasi bertahun-tahun) di Desa Surodadi, Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (11/2/2020). Munculnya pantai berpasir hitam seluas sekitar 4 hektare akibat fenomena alam tersebut menjadi potensi destinasi wisata baru yang rencananya akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) guna meningkatkan ekonomi masyarakat setempat./ANTARA FOTO-Aji Styawan

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai rencana pemerintah untuk membuka kembali 18 destinasi pariwisata prioritas cenderung gegabah di tengah minimnya skenario mitigasi risiko yang disiapkan pemerintah.  

“Tanpa ada langkah-langkah mitigasi risiko, alih-alih bisa pulihkan pariwisata malah bisa menghantam kembali perekonomian nasional,” kata Faisal melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Selasa (14/9/2021). 

Di sisi lain, Faisal meminta pemerintah untuk tidak memaksakan proyeksi 1,5 juta wisatawan mancanegara untuk berkunjung di Indonesia.

Rencananya, proyeksi jumlah wisatawan itu dapat mencetak devisa sebesar US$0,36 miliar. Akan tetapi, kata dia, perkiraan perolehan devisa itu relatif kecil jika dibandingkan surplus neraca perdagangan dalam negeri saat ini. 

“Apakah iya, dengan kondisi kontribusi untuk pertumbuhan ekonomi di bilang besar? Tidak terlalu signifikan sebenarnya sementara surplus kita dari ekspor impor saja sudah besar,” kata dia. 

Adapun,  neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus pada Juli 2021, yaitu sebesar US$2,59 miliar. Surplus itu terjadi karena nilai ekspor pada Juli 2021 mencapai US$17,70 miliar, sementara nilai impor mencapai US$15,11 miliar.

Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memproyeksikan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 1,5 juta orang pada tahun ini. 

Deputi Kebijakan Strategis Kemenparekraf Kurleni Ukar mengatakan perkiraan kunjungan wisatawan mancanegara itu diharapkan dapat mencetak devisa di angka US$0,36 miliar. 

“Devisa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tahun ini sangat kecil, karena wisatawan mancanegara yang bisa datang masih sangat terbatas,” kata Kurleni melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Selasa (14/9/2021). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper