Bisnis.com, JAKARTA — Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot Tanjung memproyeksikan pertumbuhan investasi pada sektor pariwisata bisa naik mencapai 30 persen akibat perhelatan internasional Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 tahun depan.
Realisasi penanaman modal selama pelandaian kurva Covid-19, kata Yuliot, menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sejumlah pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat pada sektor pariwisata turut menggeliatkan kembali investasi dalam dan luar negeri.
“G20 kegiatan sifatnya internasional. Biasanya, kalau event-event internasional investasinya terjadi peningkatan. Untuk proyeksi tahun depan kenaikan investasi menjadi Rp1.200 triliun berapa untuk hotel dan restoran bisa di antara 22 sampai 30 persen,” kata Yuliot melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Kamis (9/9/2021).
Yuliot berharap pelandaian kurva Covid-19 dapat konsisten untuk meyakinkan investor menanamkan modal mereka di dalam negeri. Belakangan, dia menilai positif penanganan pandemi yang berhasil menekan laju pertumbuhan kasus harian di bawah 10 ribu.
“Itu menambah keyakinan investor untuk melakukan investasi baik dalam negeri ataupun penanaman modal asing [PMA],” kata dia.
Berdasarkan data milik BKPM, realisasi investasi PMA hinga triwulan kedua tahun 2021 mencapai US$7,99 miliar atau sekitar Rp113,9 triliun. Adapun, sektor hotel dan restoran mencatatkan investasi sebesar US$112 juta atau sekitar Rp1,59 triliun.
Baca Juga
Di sisi lain, realisasi investasi penanaman modal dalam negeri atau PMDN hingga triwulan kedua tahun 2021 mencapai Rp106,2 triliun. Adapun, sektor hotel dan restoran mencatatkan investasi sebesar Rp3,17 triliun.
Seperti diberitakan sebelumnya, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 2022. Rencananya perhelatan internasional itu mengambil lokasi di Bali.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan KTT G20 yang akan digelar di Pulau Dewata akan menguntungkan. Pasalnya, dalam setiap gelaran konferensi internasional, pemerintah pusat akan memberikan perhatian lebih terhadap infrastruktur di Bali.
Contohnya, ketika Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2013 di gelar di Bali, pemerintah pusat merealisasikan pembanguna Tol Laut Bali Mandara. Begitu juga pada gelaran pertemuan IMF-WB 2018 di Bali juga dibangun underpass Simpang Dewa Ruci.
"G20 karena kami baru dapat kabar gembira, pengalaman kami [untuk] APEC dibangun tol, IMF dapat underpass," katanya, Selasa (23/2/2021).
Menurutnya, Bali masih mencari peluang pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung perekonomian. Saat ini, Bali tengah mendorong realisasi pembangunan tol Jembrana-Denpasar, dan shortcut Buleleng.
Selain kedua proyek itu, Cok Ace menilai ada infrastruktur lain yang bisa ditingkatkan di Bali untuk mendukung penyelenggaraan KTT G20, seperti infrastruktur yang mampu memecah kemacetan di Sanur maupun daerah Suwung.