Bisnis.com, JAKARTA – Mal atau pusat perbelanjaan di Jakarta secara keseluruhan kemungkinan akan mengalami penurunan tingkat okupansi meski dalam kondisi yang relatif baik di tengah tekanan pandemi Covid-19.
Menurut konsultan Leads Property Services Indonesia, terlalu dini untuk mengambil kesimpulan apakah peritel akan mendapatkan kembali volume bisnis secara signifikan. Namun, Leads memprediksi terdapat pasokan seluas 89.000 m2 sehingga menekan tingkat okupansi.
Penambahan pasok itu merupakan salah satu cerminan bahwa para pemilik mal tetap optimistis di tengah kondisi pandemi dan mereka terus memperbaiki sistem protokol kesehatan untuk menyambut tenant kembali beroperasi.
Program vaksinasi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi kepercayaan developer untuk membuka mal baru, didorong juga oleh pengunjung lebih percaya diri setelah divaksin
Distribusi Pasokan Pusat Perbelanjaan di Jakarta
Baca Juga
Sumber: Leads Property Services Indonesia
Pada kuartal II/2021, menurut data Leads, di tengah pandemi ada tambahan pasokan 40.000 m2, sehingga total suplai 3,43 juta m2. Kontributornya adalah Pondok Indah Mal 3 dan Hublife, keduanya berada di luar kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) Jakarta.
CBD tetap menjadi kontributor terbesar untuk ritel dengan pangsa 26 persen, disusul Jakarta Barat dan Utara 21 persen dan 19 persen, Jakarta Selatan 18%, sedangkan Jakarta Pusat dan Jakarta Timur masing-masing 8 persen.
Permintaan turun menjadi 3,05 juta m2 karena beberapa penghuni menutup gerai ritel mereka. Permintaan secara kuartalan turun 9.660 m2.
Dari sisi tingkat hunian, secara keseluruhan pada kuartal II/2021 mencatat penurunan tipis 1,34 poin dari kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Alhasil, okupansi kuartal berjalan mencapai 88,9%.
Untuk mengatasi penurunan tingkat hunian selama 2 tahun terakhir, pengelola mal terus memberikan sewa dan gimmick yang kompetitif untuk mempertahankan penyewa yang ada serta untuk menarik penyewa baru.