Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) tengah merampungkan skema dan rencana restrukturisasi menyeluruh yang didukung oleh sejumlah konsultan yang telah ditunjuk oleh perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan terkait dengan rencana restrukturisasi tersebut di dalamnya meliputi pengelolaan kewajiban usaha terhadap kreditur, tata kelola organisasi, hingga pengembangan model bisnis yang adaptif terhadap tantangan kinerja usaha ke depannya.
Hal itu, kata dia, sebagai langkah berkesinambungan dari upaya pemulihan kinerja usaha yang terus optimalkan perseroan, saat ini kami juga.
"Proses tersebut saat ini telah dimatangkan. Kami melihat fase restrukturisasi ini menjadi langkah krusial yang perlu ditempuh, guna menjadikan Garuda Indonesia entitas bisnis yang lebih sehat dan bisa menjawab tantangan kinerja usaha," jelasnya, Selasa (31/8/2021).
Sebelumnya, emiten berkode saham GIAA tersebut juga sedang menyusun konsep baru yakni The New Garuda Indonesia. Dalam rencana bisnis baru tersenut, filosofinya Garuda akan lebih sederhana, tetapi tetap menguntungkan. Hal itu dikarenakan perseroan menyadari bahwa jumlah pesawat yang akan dilayani bakal jauh berkurang.
Adapun, terkait dengan kepastian jumlah pesawat yang digunakan, Irfan menyebut masih terus dihitung oleh perseroan. Selanjutnya, dia juga memastikan dengan adanya pengurangan jumlah pesawat yang digunakan turut berdampak terhadap jumlah rute penerbangan.
Baca Juga
Dalam dokumen keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni 2021, maskapai penerbangan pelat merah tersebut kini hanya mengoperasikan 53 pesawat. Hal itu berkurang drastis dari total pesawat yang berjumlah 142 di mana 136 berstatus sewa dan 6 pesawat sisanya dimiliki sendiri.
Jumlah pesawat yang dioperasikan selama masa pandemi berkurang sehingga yang saat ini dioperasikan untuk mendukung operasional perusahaan ada pada kisaran 53 pesawat.
GIAA memastikan kondisi pesawat yang dioperasikan laik terbang (airworthy) sesuai dengan peraturan penerbangan yang telah disahkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kementrian Perhubungan. Saat ini sendiri ada 39 pesawat yang berstatus dalam perawatan.
perseroan memastikan penggunaan armada pesawat dalam penerbangan selama masa pandemi ini turut memperhatikan tingkat isian dari angkutan kargo. Belum lagi diberlakukannya beberapa kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat, antara lain melalui penyesuaian atau pengurangan frekuensi penerbangan hingga optimalisasi penggunaan armada untuk rute padat penumpang.
Sebagai perbandingan, pada 2020 lalu, berdasarkan data perseroan, Garuda memiliki sebanyak 142 pesawat. Armada itu terdiri atas sepuluh unit pesawat berjenis Boeing 777-300ER, tiga unit Airbus A330-900 NEO, 17 unit Airbus A330-300, tujuh unit Airbus A330-200, satu unit Boeing 737 Max 8, 73 unit Boeing 737-800 NG, 18 unit Bombardier CRJ1000-NG, dan 12 unit ATR72-600.