Bisnis.com, JAKARTA — Pusat perbelanjaan yang didominasi tenant nonpangan tidak hanya menghadapi tantangan pemulihan tingkat kunjungan yang lama. Mal jenis ini juga harus bersaing langsung dengan ekosistem dagang-el (e-commerce).
Pengamat ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo memperkirakan tekanan bisnis pada pusat perbelanja nonpangan bisa lebih berat.
“Pusat perbelanjaan seperti ITC itu tipe tempat perdagangan yang padat saat masa normal, jadi cenderung dihindari konsumen. Kecuali aktivitas b-to-b. Roda perdagangan akan pulih, tetapi perlahan. Kemungkinan untuk mal tipe ini juga perlahan,” kata Yongky, Selasa (31/8/2021).
Proses pemulihan yang lambat, kata Yongky, tidak lepas dari pengaruh jenis produk yang diperdagangkan. Transaksi produk gaya hidup seperti sandang dan elektronika dia nilai mulai beralih ke ekosistem dagang-el.
“Mereka kebanyakan menjual produk gaya hidup. Ini diserang oleh e-commerce. Perdagangan melalui e-commerce mayoritas menjual barang-barang gaya hidup,” katanya.
Selama pandemi, dia menyebutkan penjualan ritel produk gaya hidup cenderung menurun karena tidak menjadi prioritas konsumen. Hal inilah yang menyebabkan level pemulihannya cenderung lebih lama dibandingkan produk pangan.
Sementara itu berdasarkan segmen konsumennya, Yongky mengatakan pusat perbelanjaan yang menyasar konsumen kelas atas bisa pulih lebih lama. Kelompok masyarakat ini terbilang lebih selektif dalam beraktivitas karena kekhawatiran pandemi.
“Jadi mal yang segmen kelas atas itu paling sepi,” kata dia.
Di sisi lain, pusat perbelanjaan dengan segmen kelas menengah akan menikmati tingkat kunjungan yang lebih tinggi. Imbas dari optimisme belanja masyarakat di tengah penyesuaian protokol kesehatan.
“Sementara segmen kelas bawah, mereka gemar berkunjung ke mal. Pusat perbelanjaan adalah hiburan bagi mereka,” kata Yongky.
Pengunjung Minim, Pusat Belanja Nonpangan Terimpit E-Commerce
Selama pandemi, penjualan ritel produk gaya hidup cenderung menurun karena tidak menjadi prioritas konsumen. Hal inilah yang menyebabkan level pemulihannya cenderung lebih lama dibandingkan produk pangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Iim Fathimah Timorria
Editor : Muhammad Khadafi
Topik
Konten Premium