Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendorong Potensi Etanol Sebagai Bahan Bakar Bersih

Negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil. Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi.
Ilustrasi./Istimewa
Ilustrasi./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Tren pengurangan emisi karbon membuat sejumlah negara memutar otak untuk mencari sumber energi yang lebih bersih, seperti dengan pemanfaatan etanol sebagai bahan bakar kendaraan.

Negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil.

Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi.

Engineering Manager Tfa Project Group Keith Sharp menjelaskan bahwa implementasi program bioetanol pada enam pabrik bioetanol berkapasitas masing-masing 100 juta liter memiliki dampak yang sangat positif, seperti pengurangan gas emisi sebesar 2.6 juta ton per tahun.

Di samping itu, implementasi program itu dipercaya mampu menciptakan lapangan pekerjaan hingga 4.000 secara total, yang terdiri atas 1.000 pekerjaan di wilayah sekitar pabrik pengolahan, dan 3.000 pekerjaan tidak langsung.

Tidak hanya sampai di situ, penerapan program bioetanol juga bisa meningkatkan modal investasi daerah hingga US$720 juta, dan pendapatan tahunan sebesar US$500 juta, serta meningkatkan kapasitas produksi baru etanol dalam negeri yang diproyeksikan sekitar 550 juta liter per tahun.

“Tren sektor transportasi dewasa ini mengarah ke electric vehicle [EV] yang memproduksi zero gas emisi karbon, namun perlu disadari tren tersebut sulit terealisasi dalam 10 hingga 20 tahun mendatang karena kendala di dalam pengembangan keekonomian dari EV, harga EV masih sangat mahal,” ujarnya dalam webinar Decarbonization of Transport Fuel in the Bioeconomy, Rabu (25/8/2021).

Senior Vice President of Regulatory Affairs Growth Energy USA Chris Bliley menjelaskan bahwa program etanol 10 persen atau E10 dalam campuran bensin dapat meningkatkan nilai oktan hingga 3—4 tingkatan. Program itu juga dapat mengurangi 46 persen gas emisi karbon dibandingkan dengan bensin murni, dari hulu ke hilir.

Berdasarkan studi yang telah dilakukan di Los Angeles, penggunaan dan produksi etanol secara global dapat mengurangi gas emisi karbon hingga 110 juta ton per tahun, atau setara dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di jalan sebanyak 20 juta unit.

“Penggunaan etanol di sektor transportasi dapat meningkatkan kualitas udara di Los Angeles pada 2020 dibandingkan dengan 2007, ketika penggunaan bahan bakar berbasis fosil masih masif,” jelasnya.

Sementara itu, Full Professor & Chairman of Interdisciplinary Biofuels Research Study Center University of Philippines Los Banos Rex B. Demafelis menjelaskan bahwa Filipina telah memandatkan penggunaan etanol sejak 2009.

Berjalannya mandat Pemerintah Filipina untuk implementasi bioetanol selama 2009 sampai dengan 2016 telah memberikan dampak positif, seperti pengurangan emisi karbon sebesar 10 metrik ton atau sekitar 55,5 persen lebih rendah dibandingkan dengan emisi dari bensin murni campuran Methyl tertiary Buthyl Ether (MTBE).

Selain itu, Filipina juga bisa menghemat forex sebesar 48 miliar peso Filipina, penghentian penggunaan MTBE pada bensin, dan terciptanya lapangan pekerja di perdesaan di sektor pertanian hingga 1,2 juta pekerja.

“Studi dari Universitas Filipina Los Blanos pada 2020 mengenai skenario implementasi bioetanol pada 2020—2030 menyatakan bahwa skenario terbaik adalah pada implementasi E20-E untuk 2020 dengan menggunakan impor etanol yang lebih murah ,” jelasnya.

Peneliti Senior dari Institut Teknologi Bandung Tirto Prakoso berpendapat bahwa keberhasilan beberapa negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Thailand dan juga Filipina dalam penerapan  bioetanol di harus menjadi pembelajaran untuk Indonesia agar dapat memperkenalkannya di pasar domestik.

Menurut dia, pengembangan bioetanol dapat menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pertanian, dan juga merangsang pertumbuhan industri pengolahan etanol domestik.

Dengan demikian, ke depannya Indonesia tidak tergantung oleh impor bahan bakar jadi dan impor minyak mentah.

“Selain tentu saja ada keuntungan lingkungan, di mana kita bisa mendapatkan udara yang lebih bersih, dan kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu, kita harus berani terlebih dahulu memperkenalkan bioetanol ke pasar domestik,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper