Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menargetkan tingkat kemiskinan turun pada kisaran 8,5 persen-9,0 persen pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan di Indonesia pada Maret 2021 masih sebesar 10,14 persen.
Kepala Kelompok Kerja Kebijakan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Elan Satriawan menilai target yang ditetapkan pemerintah itu masih ambisius dan berat untuk diwujudkan.
“Ini berat sekali, ya. Sangat ambisius,” tutur Elan pada acara Tanya BKF: Strategi dan Outlook Perekonomian dan Kesejahteraan secara virtual, Rabu (18/8/2021).
Menurut Elan, target tersebut sangat ambisius karena penurunan tingkat kemiskinan sebesar 1 percentage point (pp) terakhir terjadi pada tahun 2011 ke 2012, atau sekitar 10 tahun yang lalu. Sejak itu, penurunan tingkat kemiskinan secara tahunan cenderung di bawah 0,5 pp, dengan pengecualian pada 2017 ke 2018 sebesar 0,9 pp.
Meski begitu, penurunan yang terjadi di 2018 masih di bawah 1 pp, sementara pemerintah menargetkan penurunan tingkat kemiskinan dari 10,14 persen di 2021 ke 9,0 persen di 2022, atau sebesar 1,14 pp.
Baca Juga
“Ini yang saya kira implikasinya, kalau kita ingin capai target ini, harus ada kerja keras luar biasa, dan perlu pendekatan multisektoral. Karena, kemiskinan bukan hanya diatasi lewat perlindungan sosial, namun juga soal kualitas program dan faktor-faktor makro seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan sebagainya,” jelasnya.