Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Blok Akses Pendanaan Afghanistan untuk Tekan Taliban

IMF mengatakan sementara Afghanistan masih akan menerima jatahnya, aset itu tidak akan dapat digunakan oleh rezim baru yang tidak memiliki pengakuan internasional.
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa pemerintah baru di Afghanistan terputus dari penggunaan dana cadangan aset, beberapa hari sebelum negara itu ditetapkan untuk menerima hampir US$500 juta.

Sebagai bagian dari pembentukan dana cadangan baru yang dikenal dengan hak penarikan khusus atau SDR senilai total US$650 miliar, Afghanistan secara otomatis akan menerima bagiannya yang rencananya ditransfer kepada bank sentral pada 23 Agustus 2021.

IMF mengatakan sementara Afghanistan masih akan menerima jatahnya, aset itu tidak akan dapat digunakan oleh rezim baru yang tidak memiliki pengakuan internasional.

"Seperti biasa, IMF dipandu oleh pandangan masyarakat internasional. Saat ini ada ketidakjelasan dalam komunitas internasional mengenai pengakuan pemerintah di Afghanistan, sebagai akibatnya negara tersebut tidak dapat mengakses SDR atau sumber daya IMF lainnya," kata juru bicara IMF, dilansir Bloomberg, Kamis (19/8/2021).

Menurut aturan IMF, 190 anggota mendapatkan aset yang dialokasikan di neraca mereka, dengan total dibagi secara kasar secara proporsional berdasarkan bagian mereka dari output ekonomi global. Untuk Afghanistan, bagian itu 0,07 persen dari total, atau US$455 juta.

Sebagian besar negara akan diizinkan untuk menukar cadangan dengan uang tunai untuk membayar utang atau menyediakan dana pengeluaran kesehatan pandemi.

Namun, Afghanistan ditangguhkan untuk melakukannya, bergabung dengan sekelompok kecil negara, termasuk Venezuela dan Myanmar, yang akan menerima aset dari IMF tetapi tidak dapat menguasainya karena kurangnya pengakuan internasional.

Itu merupakan pukulan bagi pemerintah Afghanistan yang baru, di negara dimana sebagian besar masih tak terjangkau akses perbankan. Hampir tiga perempat dari hampir 40 juta warga negara itu tinggal di daerah pedesaan, sementara mayoritas bank berada di tiga kota besar, menurut data Bank Dunia.

Mata uang Afghanistan tidak diterima untuk perdagangan lintas batas, membuat negara itu bergantung pada dolar AS dan sistem transfer informal yang sering digunakan di dunia Muslim yang dikenal sebagai hawala.

Metode pemindahan uang tunai berbasis kepercayaan yang berusia berabad-abad menopang perdagangan internasional di seluruh Timur Tengah dan Asia Selatan sebelum munculnya perbankan modern. Ini terus menjadi bagian sentral dari sistem keuangan di banyak negara tersebut, khususnya di Afghanistan.

Pemerintahan Biden telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah Taliban menggunakan cadangan yang dialokasikan IMF, menurut seorang pejabat Departemen Keuangan. Sekelompok 18 anggota parlemen Republik juga menulis surat kepada Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan memintanya untuk campur tangan di IMF untuk mencegah pemerintah Taliban menggunakan cadangan.

Sedangkan AS telah membekukan hampir US$9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan dan menghentikan pengiriman uang tunai ke negara itu. Setiap aset bank sentral yang dimiliki pemerintah Afghanistan di AS tidak akan tersedia untuk Taliban, yang tetap berada dalam daftar sanksi Departemen Keuangan.

Di antara masalah yang perlu diselesaikan Afghanistan adalah kepemimpinan bank sentral. Ajmal Ahmady, gubernur Da Afghanistan Bank atau DAB melarikan diri dari negara itu awal pekan ini. DAB memiliki aset senilai US$9,5 miliar, sebagian besar ada di rekening Federal Reserve New York dan lembaga keuangan yang berbasis di AS.

"Pemerintah tidak diakui, dan itu akan memakan waktu cukup lama untuk diselesaikan,” kata Mark Sobel, mantan perwakilan AS untuk dewan eksekutif IMF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper