Bisnis.com, JAKARTA — Industri sepatu menaruh harapan besar pada uji coba pelonggaran sektor esensial untuk mendorong kembali kinerja ekspor yang selama ini cukup kesulitan menyesuaikan kegiatan produksi.
Padahal tahun ini target ekspor industri tumbuh 12 persen dari tahun lalu yang sebesar 487 juta pasang sepatu.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan selama ini sepatu merupakan industri padat karya yang terbiasa beroperasi penuh dan melalui proses produksi dari tangan ke tangan.
Alhasil, sistem sif yang dilakukan selama ini cukup menyulitkan pabrikan dalam melakukan kegiatan produksi.
"Kami tidak terbiasa dengan pola kerja sif, kemarin dicoba dibagi sampai malam hasilnya kualitas berbeda, apalagi sistem distribusi hingga manajemen yang mengawasi juga tidak bisa 24 jam sehingga ketika ada masalah tidak bisa langsung terselesaikan," katanya kepada Bisnis, Selasa (17/8/2021).
Meski demikian, Firman menyebut upaya tetap berproduksi terus dilakukan pabrikan guna menjaga komitmen pada konsumen. Alhasil, meski selama ini tidak diizinkan beroperasi penuh pabrik sepatu tidak ada yang memutuskan untuk menutup total wilayah kerjanya.
Baca Juga
Sisi lain, Firman menyoroti saat ini penjualan domestik akan semakin sulit dengan kondisi tekanan pada ritel-ritel yang juga belum diizinkan beroperasi penuh. Bahkan, banyak departemen store yang sudah memutuskan tutup
"Artinya, tempat penyaluran hasil produksi kami semakin berkurang. Padahal dampak tekanan dari pandemi setahun lalu baru hampir membaik pada Mei dan Juni 2021 ini tetapi harus kembali memburuk akibat adanya gelombang kedua," ujar Firman.
Untuk itu, Firman berharap pemerintah dapat memastikan pabrikan sepatu untuk diikutsertakan dalam uji coba sektor esensial mengingat tak sedikit pabrik sepatu yang masih berada di lokasi dengan status PPKM level 4.