Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Giant Resmi Tutup, Karyawan Terdampak Dapat Apresiasi

HERO tercatat telah secara bertahap menghentikan operasional sejumlah gerai Giant sejak pandemi menerjang.
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Seluruh gerai Giant di Indonesia resmi tutup pada 31 Juli 2021, usai PT Hero Supermarket Tbk (HERO) selaku perusahaan pengelola mengumumkan berakhirnya operasional ritel format hypermarket tersebut pada akhir Mei 2021.

“Sesuai dengan pengumuman yang telah disampaikan sebelumnya, seluruh gerai Giant berhenti beroperasi pada akhir Juli 2021,” kata Head of Corporate and Consumer Affairs PT Hero Supermarket Tbk Diky Risbianto kepada Bisnis, Minggu (1/8/2021).

Diky menjelaskan seluruh barang yang dijual di gerai Giant telah habis dijual seiring dengan penutupan operasional. Dia juga memastikan perusahaan telah berkomunikasi dengan jelas kepada para karyawan yang terdampak dengan penutupan Giant, sekaligus menjamin hak karyawan ditunaikan dengan adil.

“Sebagai ungkapan terima kasih kami atas dukungan dan kerja keras karyawan yang terdampak selama ini, kami akan memberikan kompensasi di atas jumlah yang direkomendasikan di UU Cipta Kerja serta surat referensi untuk membantu masa transisi mereka,” papar Diky.

Dia mengatakan karyawan terdampak dapat pula melamar pekerjaan di lini bisnis HERO yang lain. Perusahaan berharap dapat menyediakan peluang baru seiring dengan pengembangan lini bisnis yang memiliki potensi pertumbuhan positif yaitu Guardian, IKEA, dan Hero Supermarket.

Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, Presiden Direktur HERO Patrik Lindvall mengatakan keputusan penutupan ini merupakan tindak lanjut dari perubahan fokus strategi bisnis perusahaan. Perseroan melihat IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket memiliki tren pertumbuhan bisnis yang lebih baik.

“Seperti bisnis mumpuni lainnya, kami terus beradaptasi terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah, termasuk menurunnya popularitas format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia; sebuah tren yang juga terlihat di pasar global,” kata Patrik dalam keterangan resmi, Selasa (25/5/2021).

Meski demikian, Patrik mengatakan sektor peralatan rumah tangga, kesehatan dan kecantikan, serta keperluan sehari-hari untuk masyarakat kelas atas memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Karena itu, perusahaan berencana akan menambah gerai IKEA dan Guardian.

“Dalam kurun dua tahun, kami menargetkan akan menggandakan empat kali lipat jumlah gerai IKEA kami dibandingkan dengan 2020, serta membuka hingga 100 gerai Guardian baru hingga akhir 2022,” tambah Patrik.

HERO tercatat telah secara bertahap menghentikan operasional sejumlah gerai Giant sejak pandemi menerjang. Direksi HERO sempat menjelaskan langkah tersebut diambil sebagai bagian dari transformasi bisnis yang dilakukan untuk memastikan Perseroan dapat bersaing dengan efektif dalam bisnis ritel makanan di Indonesia.

Direktur HERO Hadrianus Wahyu Trikusumo dalam penjelasannya mengatakan bahwa bisnis ritel makanan telah menghadapi peningkatan persaingan dalam beberapa tahun terakhir. Dia juga menyampaikan kinerja bisnis secara keseluruhan juga sempat terpengaruh pandemi yang berlangsung.

“Beragam pembatasan telah memengaruhi operasional toko kami dan pelanggan telah mengubah perilaku belanja serta pola permintaan produk mereka,” kata Hadrianus.

Dia mengatakan HERO telah mengambil tindakan penataan ulang toko untuk memastikan Giant memenuhi preferensi pelanggan yang terus berkembang. Penataan ini lantas berimbas pada aksi penutupan beberapa toko dan juga penataan ulang atau renovasi toko-toko yang lain.

Mengutip situs perusahaan, jumlah total gerai Giant Ekstra dan Giant Express pada 2021 berjumlah 75 unit atau turun dibandingkan dengan jumlah gerai pada akhir 2019 yang berjumlah 100 unit.

Sepanjang 2020, HERO mencatatkan kerugian sebesar Rp1.215 miliar. Ritel segmen makanan mencatatkan penurunan nilai pendapatan yang cukup signifikan karena perusahaan mengoperasikan lebih sedikit toko sebagai langkah optimalisasi yang berlangsung sejak 2019.

Pendapatan segmen makanan turun dari Rp8.987 miliar pada 2019 menjadi Rp6.051 miliar sepanjang 2019. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper