Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kalbe Farma (KLBF) Kesulitan Cari Bahan Baku Obat Covid-19

Kalbe Farma memiliki kemampuan untuk produksi 20 juta tablet Favipiravir bila memiliki bahan baku yang cukup.
Gudang distribusi dan logistik Kalbe Farma yang dikelola anak usaha PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT). Jaringan distribusi Enseval menjangkau 74 cabang di 54 kota di Indonesia. /kalbe.co.id
Gudang distribusi dan logistik Kalbe Farma yang dikelola anak usaha PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT). Jaringan distribusi Enseval menjangkau 74 cabang di 54 kota di Indonesia. /kalbe.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menyebut saat ini masih berupaya dalam pengadaan bahan baku obat atau BBO untuk obat terapi pasien Covid-19.

Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan perusahaan memiliki kapasitas produksi pabrik yang cukup. Namun masalahnya adalah mendapatkan BBO Covid-19 menjadi tantangan karena permintaan global tinggi.

"Kami sedang extra efforts untuk pengadaan BBO support Covid-19 seperti misalnya Favipiravir, vitamin C, vitamin D3, dan sejumlah obat lainnya, sedangkan mengenai peningkatan kapasitas produksi sudah tersedia," katanya kepada Bisnis, Rabu (28/7/2021).

Vidjongtius menyebut perseroan telah mengantongi izin produksi untuk Favipiravir sejak April 2021. Kapasitas perseroan pun bisa mencapai volume produksi 20 juta tablet sebulan bila didukung oleh pasokan bahan baku yang cukup.

Sebagaimana diketahui, Favipiravir merupakan obat anti virus yang saat ini direkomendasikan pemerintah menggantikan Oseltamivir.

Selain Favipiravir, Kalbe juga menjadi mitra resmi dalam pengadaan obat Remdesivir. Sayangnya, saat ini perseroan juga menyebut ada kendala mendatangkan obat tersebut mengingat sejumlah negara produsen melakukan kebijakan lockdown.

"Jadi memang ke depan industri kesehatan perlu disiapkan transfer teknologi untuk produksi lokal dengan bahan bakunya saja yang diimpor. Untuk transfer teknologi perlu kolaborasi dengan pihak luar negeri," ujarnya.

Vidjongtius mengemukakan pada intinya persoalan obat saat ini akibat kebutuhan mendadak meningkat dalam waktu singkat. Alhasil, persediaan dan pasokan tambahan menjadi tidak seimbang.

Namun menurutnya, perseroan akan terus ikut berupaya pengadaan lebih banyak lagi BBO. Bersama partner Hetero dari India, saat ini sedang mencari sumber untuk transfer teknologi agar kebutuhan obat seperti Remdesivir yang masih impor dapat diproduksi di dalam negeri. 

Sementara itu, Kementerian Kesehatan mencatat permintaan obat terapi pasien Covid-19 naik 12 kali lipat dalam dua bulan terakhir. Hal ini sejalan dengan lonjakan kasus positif dalam kurun waktu yang sama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper