Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom CORE: Potensi Deflasi Selama Kuartal III/2021 Kuat

Adapun, Badan Pusat Statistik sebelumnya merilis data inflasi Juni 2021 sebesar -0,16 persen (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ini menjadi deflasi pertama sejak tahun lalu.
Pedagang menunjukan bawang putih di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Pedagang menunjukan bawang putih di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memperkirakan Indonesia mengalami deflasi dalam beberapa bulan ke depan, khususnya di kuartal III/2021.

“Kita prediksikan dari sisi inflasi secara month-to-month (mtm) juga dalam beberapa bulan ke depan ini potensi deflasinya itu kuat. Apalagi kita bisa melihat tahun lalu kita juga mengalami deflasi selama tiga bulan di kuartal III [2020],” jelas Faisal pada CORE Midyear Review 2021 secara virtual, Selasa (27/7/2021).

Adapun, Badan Pusat Statistik sebelumnya merilis data inflasi Juni 2021 sebesar -0,16 persen (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ini menjadi deflasi pertama sejak tahun lalu.

Potensi deflasi secara bulanan di kuartal III/2021, sebut Faisal, tidak lepas dari pelambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal III/2021, dan pelambatan pelemahan pertumbuhan indeks penjualan riil yang bahkan sudah terjadi sejak Mei atau kuartal II/2021.

Di sisi konsumsi rumah tangga, sempat terjadi ekspansi di kuartal II, setelah terus menerus mengalami kontraksi sejak awal pandemi. Faisal memperkirakan konsumsi rumah tangga akan mulai memasuki zona positif di kuartal II/2021, namun terhambat pertumbuhannya secara lanjut di kuartal III/2021.

“Hanya saja pemulihan lebih lanjut diperkirakan akan terhambat di kuartal ke-III, karena adanya gelombang kedua ini,” jelasnya.

Sementara itu, kelompok ekonomi menengah atas, jelas Faisal, sudah mulai melakukan konsumsi di kuartal II/2021. Kegiatan spending tersebut lebih jauh didukung oleh adanya berbagai stimulus, seperti diskon Pajak Pembelian Barang Mewah (PPnBM) untuk pembelian mobil.

Namun, tren pelemahan terjadi bahkan sebelum terjadinya eskalasi kasus Covid-19 maupun PPKM Darurat, yang ditunjukkan melalui indeks penjualan riil yang mulai melandai sejak Mei hingga Juni 2021.

“Memang kuartal II terjadi ekspansi, pertumbuhan ekonomi di kuartal II juga kita perkirakan cukup tinggi. Tetapi, tren pelemahannya sudah kelihatan sebelum second wave. Karena di bulan Juni, bahkan Mei, terlihat indeks penjualan riil sudah mulai melambat bahkan Juni begitu setelah lebaran langsung deflasi,” jelasnya.

Oleh karena itu, Faisal mengatakan pemerintah perlu mendorong program bantuan sosial (bansos) untuk membantu masyarakat yang terdampak pembatasan yang kini disebut PPKM level 4.

Selain untuk menjaga daya beli, bansos tersebut diharapkan dapat membantu ketahanan ekonomi kelompok menengah ke bawah yang bergantung pada aktivitas di luar rumah.

“Untuk supaya mereka lebih taat untuk di rumah, kalau kebutuhan dasar mereka bisa dipenuhi lewat bansos. Tapi kalau tidak dipenuhi atau distribusi tidak lancar dan mencukupi, maka mereka akan terdorong untuk terus mencari makan keluar rumah. Sehingga PPKM Darurat berkurang efektivitasnya,” ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper