Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan penurunan impor tahun ini bisa mencapai 22 persen dari baseline total impor khusus bahan baku dan modal periode 2019 yang sebesar US$132,14 miliar.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa target program substitusi impor mencapai US$29,07 miliar. Artinya, target nilai impor sepanjang tahun ini tidak boleh lebih dari US$103,7 miliar.
Adapun realisasi impor periode Januari hingga Juni 2021 adalah US$82,2 miliar.
“Dengan demikian, impor bahan baku penolong hanya memiliki ruang sebesar US$21,5 miliar sampai akhir 2021 untuk menjaga target penurunan impor tercapai,” katanya melalui siaran pers, Senin (19/7/2021).
Meski begitu, Agus tetap menyebut peningkatan impor bahan baku penolong menunjukkan sektor industri yang tetap menggeliat di tengah situasi pandemi. Hal itu juga menunjukkan keyakinan berusaha para pelaku industri sangat tinggi.
Terlebih, Agus melanjutkan dalam delapan bulan terakhir Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di atas angka 50 atau di level ekspansif. Angka itu juga menunjukkan bahwa sektor industri tetap optimis.
Secara keseluruhan, impor hingga Juni 2021 tercatat US$17,23 miliar atau naik 21 persen dibandingkan dengan Mei 2021. Rinciannya, US$13,04 miliar atau 75,6 persen merupakan impor bahan baku penolong, serta US$2,5 miliar atau 14,7 persen adalah impor barang modal.
Peningkatan impor terbesar terdapat pada mesin dan peralatan yang mencapai US$506,8 juta, besi dan baja US$257,3 juta, plastik dan barang dari plastik US$195,7 juta, serealia US$192,7 juta, serta logam mulia, perhiasan emas/permata US$161,2 juta.
Dari sisi ekspor, pengapalan sektor tersebut pada periode Januari—Juni 2021 mencapai US$81 miliar, meningkat 33,4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi manufaktur tercatat 78,8 persen dari total ekspor nasional yang mencapai US$102,8 miliar.