Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi sepanjang semester I/2021 masih di bawah target.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan capaian lifting migas pada semester I/2021 mencapai rata-rata 1.636,23 MBOEPD atau baru mencapai 95,6 persen dari target APBN 2021 sebesar 1.711,78 MBOEPD.
Dari jumlah tersebut, lifting minyak mencapai sebesar 667.000 barel minyak per hari (BOPD) atau 95 persen dari target APBN 2021, yakni sebesar 705.000 BOPD. Sementara itu lifting gas sebesar 5.430 MMSCFD dari target APBN sebesar 5.638 MMSCFD atau tercapai 96,3 persen.
"Lifting migas untuk Juni dan Juli sudah meningkat. Tapi karena memang sangat rendah di awal tahun, maka average 1 semester seperti itu. Di Juli gas sudah 5.700 MMSCFD per hari," ujar Dwi dalam konferensi pers, Jumat (16/7/2021).
Adapun untuk mengejar capaian target lifting, Dwi menjelaskan SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tengah gotong royong merealisasikan program filling the gap (FTG). Melalui program FTG, telah ada tambahan minyak rata-rata 1.900 BOPD. Tambahan ini di luar rencana tambahan yang direncanakan dalam WP&B (work, program, & budget) 2021.
Usaha lain yang dilakukan SKK Migas untuk mengejar capaian target adalah mengupayakan 3 insentif hulu migas agar dapat disetujui oleh pemerintah.
Ketiga insentif tersebut adalah tax holiday untuk pajak penghasilan di semua wilayah kerja migas, penyesuaian biaya pemanfaatan Kilang LNG Badak sebesar US$0,22 per MMBTU, dan dukungan dari kementerian yang membina industri pendukung hulu migas (industri baja, rig, jasa dan service) terhadap pembahasan pajak bagi usaha penunjang kegiatan hulu migas.
Selain itu, SKK Migas juga mencatat sejumlah kinerja hulu migas selama 6 bulan pertama tahun ini. Realisasi penggantian cadangan migas atau reserve replacement ratio (RRR) mencapai 131,2 MMBOE atau 21,11 persen dari target sebesar 625 MMBOE.
Kemudian, realisasi pengembalian biaya operasi (cost recovery) mencapai US$3,6 miliar atau 44 persen dari target US$8,07 miliar.
Sementara itu, investasi hulu migas baru mencapai US$4,92 miliar atau 39,7 persen dari target tahun ini yang ditetapkan sebesar US$12,38 miliar.
"Investasi saat ini di samping isu energi terbarukan, beberapa pemain migas konsentrasi portofolio masing-masing. Tentunya ini jadi tarik menarik bagaimana membuat iklim investasi lebih kompetitif. Sekarang sedang dibahas di SKK maupun Kementerian ESDM," kata Dwi.
Pada saat yang sama, capaian penerimaan negara dari hulu migas telah mencapai US$6,67 miliar atau 91,7 persen dari target sebesar US$7,28 miliar.