Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Cara Arcandra Tahar Membuat Kilang Minyak Untung

Ppasokan crude sangat bergantung dari umur sumur minyak, sedangkan umur kilang bisa lebih panjang daripada umur sumur.
Arcandra Tahar/Antara
Arcandra Tahar/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Sebagai negara dengan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) tertinggi di Asean, kehadiran kilang minyak di Tanah Air menjadi sangat penting. Sayangnya, tidak mudah membangun kilang minyak yang secara bisnis menguntungkan.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016—2019, mengatakan bahwa ada tiga strategi untuk membangun kilang minyak yang menguntungkan secara bisnis.

“Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan agar kilang yang dibangun dapat memberi keuntungan yang sesuai dengan rencana,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (15/7/2021).

Pertama, kata Arcandra, lokasi kilang sebaiknya berada di pesisir pantai, digabung dengan petrochemical plant, dan dekat dengan kawasan industri. Lokasi di pesisir pantai akan memudahkan suplai crude dan perpindahan produk kilang dengan menggunakan moda transportasi laut.

Dia menjelaskan, salah satu produk kilang adalah bahan baku untuk pabrik petrokimia, sehingga biaya transportasi akan murah jika kilang berdekatan dengan pabrik petrokimia.

“Akan lebih menguntungkan jika ada industri di dekat kilang dan petrochemical plant yang menjadikan produk kilang dan petrochemical sebagai bahan bakunya,” jelasnya.

Kedua, sumber energi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kilang berasal dari energi terbarukan. Tekanan untuk menjaga kenaikan suhu bumi kurang dari 2 derajat celcius pada akhir abad ini semakin membuat industri migas terpinggirkan.

Hal itu ditambah dengan rencana lembaga-lembaga keuangan dunia yang tidak mau lagi membiayai proyek-proyek migas, seperti kilang.

Menurutnya, produk kilang dan petrokimia masih akan terus dibutuhkan. Untuk itu, perlu ada masa transisi menuju penggunaan energi bersih yang lebih luas, dan industri migas tetap bisa berpartisipasi lewat penggunaan energi listrik yang berasal dari energi terbarukan.

“Kalau ada gas CO2 yang dihasilkan maka teknologi CCS [Carbon Capture and Storage] bisa digunakan agar CO2 nya tidak dilepas ke udara. Dengan cara ini diharapkan lembaga keuangan dunia masih mau membiayai proyek migas dengan bunga yang lebih kompetitif,” jelasnya.

Ketiga, tidak mengunci spesifikasi kilang untuk crude tertentu. Jika kilang hanya didesain untuk satu jenis crude maka saat crude tersebut sudah habis, kilang menjadi tidak efisien.

Dengan kata lain, pasokan crude sangat bergantung dari umur sumur minyak, sedangkan umur kilang bisa lebih panjang daripada umur sumur.

Arcandra menambahkan, dari sisi investor terdapat dua risiko terbesar dalam bisnis kilang minyak yang harus dimitigasi. Pertama, keamanan pasokan crude yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasar.

Kedua, harga jual produk BBM dan lainnya yang ditentukan oleh mekanisme pasar. Untuk memitigasi risiko itu, menurutnya, pemilik kilang bisa meminta dibayar berdasarkan volume crude yang diolah, sehingga tidak khawatir dengan harga crude melambung tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Thomas Mola
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper