Bisnis.com, JAKARTA—PT PLN (Persero) berencana tetap memanfaatkan sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang dipensiunkan untuk mendukung kebijakan karbon netral dengan memanfaatkan teknologi terkini.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan bahwa asset PLTU batu bara yang dipensiunkan berpotensi dimanfaatkan kembali dengan mengaplikasikan teknologi rendah karbon.
Seperti diketahui, PLN telah menyiapkan peta jalan untuk memensiunkan sekitar 50,1 gigawatt (GW) PLTU secara bertahap mulai 2026. Langkah itu dilakukan untuk mencapai target karbon netral pada 2060.
Meski direncanakan akan melakukan phase out seluruh PLTU pada 2056, Zulkifli memastikan tidak serta merta menyingkirkan aset PLTU yang telah dipensiunkan tersebut.
Zulkifli menuturkan, penghentian pengoperasian PLTU batu bara tersebut telah memperhitungkan selesainya kontrak pembangkit dengan independent power producer (IPP), dan aset pembangkitnya kemudian akan menjadi milik PLN di akhir masa kontrak.
Setelah diserahkan kepada PLN, aset pembangkit berpotensi dimanfaatkan kembali dengan mengaplikasikan teknologi carbon capture. Dengan demikian, PLN tetap dapat mengoperasikan pembangkit listrik dengan harga murah dan rendah emisi.
“Itu pembangkitnya jadi milik PLN dan kami gunakan teknologi carbon capture untuk tangkap karbon dari PLTU. Itu kami akan beroperasi dengan sangat murah,” ujar Zulkifli dalam acara Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7/2021).
Menurutnya, hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan bila teknologi carbon capture sudah semakin murah di masa depan. Dia memperkirakan biaya investasi teknologi carbon capture akan semakin turun di 2050.
“Saat teknologi carbon capture sudah sangat murah, kami operasikan saja PLTU, enggak apa-apa. Kami harapkan di 2050 teknologi carbon capture sudah sangat murah,” ujarnya.