Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom senior Indef Didin S. Damanhuri menyebut laporan terkait kenaikan kekayaan orang kaya dan super kaya di Indonesia di tengah pandemi Covid-19 perlu disikapi dengan upaya reformasi mendasar untuk sistem politik dan ekonomi secara bersamaan.
Pasalnya, selaras dengan laporan yang dirilis penelitian Credit Suisse mengenai bertambahnya jumlah orang kaya di Indonesia, kondisi daya beli masyarakat berpenghasilan rendah saat ini malah anjlok hingga 70 persen.
"Memang ini persoalan runyam jika tidak dilakukan reformasi politik dan ekonomi secara bersama. Kita butuh ketegasan pemerintah, UU politik direvisi dan swasta fokus pada industrialisasi untuk mengejar ketertinggalan," katanya dalam diskusi Indef, Selasa (13/7/2021).
Didin mengemukakan dengan begitu tidak akan terbentuk oligarki seperti sekarang. Tak hanya itu, dengan reformasi, pendanaan partai kepentingan politik bisa dilakukan dari APBN dan uang swasta khusus untuk industrialisasi.
Menurut Didin, selain mengejar ketertinggalan reformasi politik dan ekonomi secara bersamaan dengan strategi industrialisasi dilakukan untuk menghindari Indonesia dari ancaman middle income trap.
Adapun lanjut Didin, dua negara yang sebenarnya berangkat bersama Indonesia pada periode 1970 adalah Korea Selatan (Korsel) dan Malaysia. Sama seperti Indonesia, kedua negara tersebut memiliki pendapatan per kapita sekitar US$70 kala itu.
Sayangnya, saat ini Korsel telah masuk negara kaya sejak 1980 dengan pendapatan per kapita pada 2019 mencapai US$33.000. Sementara itu Malaysia dengan berbagai kebijakan dan strateginya berhasil mencapai income per kapita pada 2019 sebesar US$12.500.
Sementara pendapatan per kapita Indonesia turun dari US$4.050 pada 2019 menjadi US$3.870 tahun lalu.
Dengan penurunan tersebut, Bank Dunia bahkan menempatkan Indonesia sebagai negara kelas menengah bawah atau lower middle income. Peringkat per 1 Juli itu turun dibandingkan sebelumnya, di mana Indonesia sudah menjadi negara berpendapatan menengah atas.
Didin melanjutkan meski tidak dapat disamakan tetapi masih ada sisi objektif yang bisa disandingkan dari strategi industrialisasi yang dijalankan oleh Korsel dan Malayasia dibanding Indonesia.
"Kita memang telah 40 tahun lebih melakukan pembangunan ekonomi secara masif tetapi hasilnya secara pendapatan per kapita masih sepertiga dari Malaysia dan sepersepuluh dari Korea Selatan," ujarnya.
Didin menegaskan kunci keberhasilan dua negara tersebut yakni berhasil konsisten dengan strategi industrialisasis sedangkan Indonesia kerangka desain atau peta jalan saja belum memiliki.