Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri daur ulang plastik memperkirakan harga bahan baku polyethylene terephthalate (PET) akan semakin mahal seiring dengan bertambahnya pemain baru di industri daur ulang.
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesai (ADUPI) Christine Halim menyebutkan pasokan bahan baku untuk industri daur ulang PET dari dalam negeri baru berkisar 50 persen.
“Industri kami ini sangat kekurangan bahan baku, dan dari lokal lokal hanya bisa memenuhi 50 persen. Kami pernah hitung sebenarnya investasi di Indonesia untuk daur ulang botol PET ini cukup banyak, skalanya sudah gajah-gajah. Itu tentunya akan sangat kekurangan bahan baku,” kata Christine dalam webinar bertema ‘Prospek Bisnis Daur Ulang yang Bekelanjutan di Indonesia’, Rabu (7/7/2021).
Upaya untuk memperoleh bahan baku ini diperkirakan semakin ketat dengan kehadiran pemain baru skala besar yang sifatnya perusahaan lintas negara. Dalam situasi bahan baku yang ketat, Christine memperkirakan harga bakal semakin terkerek.
“Dengan terkumpulnya botol-botol yang ada dan didaur ulang, kami masih kekurangan bahan baku. Dan sekarang dengan industri baru skala MNC melakukan gesekan di sini, saya perkirakan botol ini akan makin mahal jika dibandingkan dengan impor luar negeri,” kata dia.
Christine membandingkan bahwa harga botol untuk daur ulang impor berada di kisaran US$200 sampai US$300 per ton. Sebaliknya, harga bahan baku di dalam negeri telah mencapai Rp7.000 sampai Rp7.500 per kilogram.
Dia mengatakan pelaku usaha sejatinya bisa melakukan subsidi silang atas tingginya harga bahan baku lokal dengan impor. Tetapi, impor untuk bahan baku cenderung dibatasi. Karena itu, dia mengharapkan para investor untuk mengkalkulasi ulang kapasitas produksi dengan ketersediaan bahan baku.
“Perusahaan-perusahaan besar akan mencoba menawar dengan harga yang lebih tinggi untuk memperoleh bahan baku,” kata dia.