Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

E-commerce Diharapkan Lebih Inklusif Agar Memiliki Daya Ungkit Besar

UMKM bisa menjadi backbone dari perdagangan digital. Hal ini setidaknya terlihat dari porsi usaha dengan pendapatan kurang dari Rp300 juta mendominasi platform e-commerce.
Seorang warga menggunakan pembayaran nontunai Quick Response Indonesia Standard (QRIS) saat membeli kopi di warung kopi Jalik Rumbuk di Mataram, NTB, Selasa (12/1/2021). /Antara Foto-Ahmad Subaidi
Seorang warga menggunakan pembayaran nontunai Quick Response Indonesia Standard (QRIS) saat membeli kopi di warung kopi Jalik Rumbuk di Mataram, NTB, Selasa (12/1/2021). /Antara Foto-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA — Sektor perdagangan digital (e-commerce) diharapkan dapat lebih inklusif menjaring usaha skala mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Usaha skala ini tercatat menjadi penyerap tenaga kerja terbesar dan tak luput terdampak pandemi Covid-19.

“Saya mendorong e-commerce itu harusnya lebih inklusif. Kalau bicara soal krisis 1998 dan 2008 atau hari ini seharusnya memang UMKM jadi kunci pemulihan. Awal Covid-19 kita lihat juga UMKM yang paling terdampak juga. Padahal serapan tenaga kerjanya sangat besar yakni 89 persen,” kata Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio, Rabu (7/7/2021).

Andry mengatakan UMKM bisa menjadi backbone dari perdagangan digital. Hal ini setidaknya terlihat dari porsi usaha dengan pendapatan kurang dari Rp300 juta yang mendominasi platform e-commerce.

“Ini sebenarnya juga menjadi salah satu bukti bahwa e-commerce kita dipegang oleh UMKM,” kata dia.

Meski demikian, dia tidak memungkiri jika UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya adalah literasi digital, digitalisasi pembayaran yang belum merata, infrastruktur digital, inovasi, produk, dan pembiayaan.

Terpisah, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga tidak memungkiri bahwa kehadiran layanan perdagangan digital bisa menjadi alternatif untuk tetap menjaring konsumen. Bima mengatakan platform e-commerce terus berupaya untuk menjaring pelaku usaha onboarding di platform digital.

“Mereka sudah mulai adopsi channel online karena ini bukan kali pertama [pembatasan]. Beralih ke online tidak bisa dipungkiri dan dihindari. Kami optimistis mereka siap. Kami batu dengan onboarding ke platform digital. Dengan ini kami yakin bisa jadi momentum untuk survive,” kata Bima.

Sejak Mei 2020 sampai Desember 2020, Bima mengatakan setidaknya terdapat 3,3 juta pelaku usaha baru skala mikro, kecil, dan menengah yang masuk dalam ekosistem digital. Jumlah ini ditargetkan kembali tumbuh dan mencapai 6 juta pelaku usaha pada akhir 2021.

“Kami belum bisa perkirakan bagaimana PPKM Darurat berpengaruh terhadap tingkat penjualan. Perlu dilihat apakah pembatasan hanya berlaku sampai tanggal 20 atau diperpanjang. Kami akan fokus dorong pelaku usaha untuk masuk ke platform digital,” tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper