Bisnis.com, JAKARTA — Industri alat berat menyebut kinerja masih cukup stabil setelah pertumbuhan produksi yang mulai dicatatkan pada kuartal I/2021 lalu.
Sebagai gambaran, Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mencatat tahun lalu produksi alat berat ditutup pada level 3.427 unit atau lebih rendah 43 persen dari produksi 2019 yang sebesar 6.060 unit.
Adapun sepanjang kuartal I/2021 ini, Hinabi mencatat produksi alat berat sudah mencapai level 1.417 dan diproyeksi akan mencapai level 6.000 unit tahun ini.
Ketua Umum Hinabi Jamaludin menilai kecepatan roda manufaktur berputar sepanjang dua kuartal terakhir tahun ini terbilang stabil.
"Jadi sampai akhir tahun prediksi saya akan dikisaran 6.000 unit lebih dari itu rasanya berat dengan Covid-19 sekarang yang membuat tenaga kerja berkurang serta material yang mahal dan sulit masuk," katanya kepada Bisnis, Rabu (30/6/2021).
Namun satu kendala industri alat berat adalah tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN industri sebesar 40 perse. Artinya mayoritas bahan baku alat berat saat ini masih harus didatangkan dari luar. Kenaikan bahan baku pun berkisar 10–15 persen tanpa bisa diimbangi kenaikan harga jual produk.
Hal itu lantaran pembelian alat berat yang termasuk dalam komponen barang modal sudah dilakukan dengan skema kontrak.
"Jadinya yang bisa kami lakukan hanya efisiensi dan mengurangi profit. Paling siap-siap dihajar orang pajak," ujarnya.
Dengan tren positif tersebut, Jamaludin memastikan tahun ini pengurangan karyawan industri alat berat tidak akan berlanjut. Pada Februari tahun ini, sejumlah pabrikan sudah menambah pegawai guna memenuhi permintaan yang ada.
Sebagaimana diketahui, pada tahun lalu industri terpaksa memangkas 4.000 tenaga kerja dari total 25.000 karyawan.