Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha perhotelan masih kesulitan melihat titik terang dari belum membaiknya kondisi arus kas perusahaan-perusahaan di sektor sektor tersebut.
Kebijakan serta program vaksinasi dinilai menjadi dua hal yang mampu menyelamatkan industri perhotelan Tanah Air di sepanjang tahun ini.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan bahwa pelaku usaha akan kian sulit dalam mencari cara untuk memperbaiki kondisi karena okupansi dan rerata harga per kamar masih di bawah normal. Terutama, dengan kembali melonjaknya penyebaran Covid-19.
Hal tersebut memperburuk situasi bisnis perhotelan yang hanya mencatatkan okupansi di kisaran 30 persen dan tidak diiringi dengan pendapatan perusahaan seiring dengan belum normalnya harga rerata per kamar.
"Jadi, penambahan tingkat okupansi sekalipun belum tentu memperbaiki pendapatan perusahaan karena banyak hotel yang mengurangi harga rerata per kamar. Semester II/2021, kami masih dalam posisi sulit untuk bertahan," ujar Maulana, Senin (14/6/2021).
Selain itu, lanjutnya, hotel-hotel saat ini hanya fokus untuk mencapai break event point setiap bulannya. Dengan kata lain, target para pemilik hotel di Tanah Air masih jauh dari mendapatkan profit.
Sebagai sektor yang bersandar kepada pergerakan masyarakat, kondisi penyebaran Covid-19 saat ini membuat perhotelan rentan terhadap kebijakan seperti pembatasan pergerakan dan akan membuat bisnis tersebut ke depannya menjadi berisiko tinggi.
"Kami berharap pemerintah memikirkan bagaimana pola menyelesaikan pandemi Covid-19 ini bisa benar-benar berdampingan dengan pemulihan ekonomi. Mungkin dengan cara bersama-sama turun ke masyarakat untuk menekan penyebaran Covid-19," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga diminta melakukan pemerataan program vaksinasi pariwisata karena sejauh ini dinilai belum mengakomodasi seluruh destinasi wisata di Tanah Air.