Bisnis.com, JAKARTA - Restrukturisasi tetap harus dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dari empat opsi alternatif penyelamatan yang digodok oleh pemerintah.
Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman mengatakan dari empat opsi yang disampaikan oleh pemerintah, hanya opsi terakhir yakni likuidasi yang tidak memerlukan upaya restrukturisasi.
"Dari semua opsi, tetap butuh upaya restrukturisasi. Hanya opsi 4 kan yang nggak karena itu berarti Garuda ditutup atau selesai. Kalau yang lain mau diapain pun tetep harus restrukturisasi. Baik mau tetep ditalangi dana harus restrukturisasi. Kalau nggak yang dana talangan akan terus-terusan besar," katanya, Minggu (13/6/2021).
Gerry lantas juga menjelaskan bahwa opsi menutup perusahaan lama dengan memindahkan perusahaan baru lewat brand yang sama bisa dilakukan tetapi juga kembali membutuhkan restrukturisasi perusahaan. Pasalnya tanpa restrukturisasi perusahaan akan tetap besar, gemuk, dan keuangannya tak akan terlalu beda.
"Garuda jyga bisa pakai Citilink, kodenya diambil lalu rebranding lagi di kemudian hari juga bisa. Tapi tetap tidak ada opsi yang bisa lanjut tanpa restrukturisasi," ujarnya.
Restrukturisasi tersebut, tekannya, tidak hanya soal utang dan beban finansial. Langkah besar ini pernah dilakukan maskapai pelat merha tersebut pada 1998-2002 restrukturisasi juga dilakukan sebesar US$2 miliar dan berhasil karena meliouti sumber daya manusia dan jumlah pesawat.
Baca Juga
"Restrukturisasi yang dilakukan juga yaitu kinerjanya dan strukturnya. Apakah bisa dibikin efisien. Per kepala orang yang kerja di situ pendapatannya cukup nggak. Sama nggak. Setara nggak. Produktivitas tenaga kerja juga. Tak hanya financial dan lengurangan tenaga kerja. Kinerjanya juga," tekannya.
Sementara itu Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam penjelasan tertulisnya mengatakan dengan adamya opsi penyelamatan Garuda, hal tersebut bukan merupakan ranah perusahaan tetapi lebih kepada keputusan/ langkah strategis dari pemegang saham. Perseroan, sebutnya, tidak berkapasitas untuk menyampaikan konfirmasi lebih lanjut terhadap pemberitaan tersebut.
Adapun saat ini fokus utama emiten berkode saham GIAA adalah memastikan keberlangsungan usaha melalui berbagai langkah strategis, teritama melalui optimalisasi lini bisnis khususnya kargo dan charter. Selain tentunya pengelolaan struktur biaya, beban operasi baik melalui optimalisasi dan produktivitas pesawat.
Kemudian bernegosiasi bersama lessor, pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) serta restrukturisasi rute penerbangan sejalan dengan tren permintaan yang ada pada masa adaptasi kebiasaan baru saat ini.