Bisnis.com, JAKARTA - VP Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia mencapai kisaran US$137 hingga US$138,5 miliar pada Mei 2021.
Posisi ini menurun jika dibandingkan dengan posisi pada April 2021 yang saat itu mencapai rekor tertinggi sebesar US$138,8 miliar.
Josua menyampaikan, beberapa faktor yang akan mempengaruhi cadangan devisa pada Mei 2021, salah satunya pembayaran Surat Harga Negara (SBN) yang berdenominasi Dolar Amerika Serikat dan Yen Jepang yang jatuh tempo pada Mei 2021, masing-masingnya berjumlah US$2,5 miliar dan US$447,2 juta.
Namun di sisi lain, pemerintah juga menerbitkan Samurai Bond pada Mei lalu dengan total 100 miliar yen atau setara dengan US$910,7 juta.
Faktor pendorong cadangan devisa lainnya, yaitu masuknya aliran modal asing di pasar keuangan domestik sehingga mendorong penguatan rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang Mei 2021.
“Investor asing membukukan net inflows sebesar US$246,5 juta di pasar saham sementara kepemilikan investor asing pada SBN juga tercatat naik sekitar US$194,9juta, yang mendorong penguatan rupiah secara rata-rata sebesar 1,44 persen sepanjang Mei,” katanya kepada Bisnis, (7/6/2021).
Baca Juga
Josua memandang, posisi cadangan devisa pada akhir 2021 akan mencapai kisaran US$139 hingga US$142 miliar. Menurutnya, volatilitas di pasar keuangan global akan menurun seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global.
Hal ini juga sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik yang masih akan mendorong daya tarik investasi aset keuangan Indonesia, di tengah potensi arah kebijakan bank sentral global yang cenderung tetap hingga akhir 2021.
Namun demikian, imbuhnya, masih terdapat risiko dari normalisasi kebijakan bank sentral global, terutama negara maju yang lebih cepat dari perkiraan awal.
“Hal itu berpotensi mempengaruhi investasi portofolio yang selanjutnya akan mempengaruhi surplus neraca finansial pada akhirnya mempengaruhi kondisi dari neraca pembayaran Indonesia,” jelasnya.