Bisnis.com, JAKARTA – Laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menunjukkan bahwa nilai penjualan ritel produk-produk bahan makanan (grocery) mengalami penurunan cukup signifikan kala pandemi.
Meski demikian, porsi ritel modern mengalami kenaikan tipis dan masih menjadi tumpuan peritel modern untuk meraup penjualan.
USDA menyebutkan nilai penjualan ritel produk grocery turun 15,65 persen dari US$115 miliar pada 2019 menjadi US$97 miliar pada 2020. Pangsa untuk ritel modern meningkat dari 18 persen menjadi 20,3 persen. Pangsa tersebut setara dengan nilai US$19,70 miliar atau turun tipis dibandingkan dengan 2019 yang menyentuh US$20,7 miliar.
Terlepas dari penurunan tersebut, peritel modern melihat penjualan produk bahan makanan lebih stabil dibandingkan dengan nonpangan.
“Kenyataannya yang banyak bertahan dan penjualannya cenderung stabil adalah pendapatan dari segmen grocery. Bagaimanapun produk ini esensial meski ada penurunan daya beli secara umum,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey, Senin (7/6/2021).
Roy mengatakan penurunan nilai penjualan secara nasional yang terjadi pada 2020 tidak terlepas dari terbatasnya mobilitas konsumen dan juga distribusi produk di tengah pandemi. Dia meyakini nilai penjualan bakal membaik pada 2021, didukung dengan kembalinya kepercayaan belanja pada masyarakat menengah dan menengah ke atas.
Baca Juga
“Kami melihat masyarakat menengah dan menengah ke atas sebagai calon konsumen yang paling potensial. Meski mobilitas terbatas, kebutuhan groceries tetap tinggi. Mereka cenderung memilih ke ritel modern yang aman dan cepat,” lanjut Roy.
Peluang ini pula yang lantas membuat peritel modern meningkatkan kapasitas untuk segmen grocery products. Menurut Roy, bukan hal yang mengherankan jika persaingan di ritel modern untuk segmen produk ini makin meningkat.
Peritel modern pun mulai menjajal kolaborasi dengan platform e-commerce untuk menjangkau konsumen yang lebih luas dan tidak hanya mengandalkan platform dagang-el mandiri.
Hal ini terlihat dengan kolaborasi antara peritel PT Matahari Putra Prima Tbk. menggenjot bisnis online pada tahun ini dengan menggandeng Tokopedia.
Kemitraan tersebut memungkinkan MPPA untuk lebih banyak menghadirkan toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo, dan Hyfresh ke Tokopedia untuk memberikan lebih banyak akses dan kenyamanan bagi para pelanggan.
Bahkan, emiten dengan kode saham MPPA tersebut menargetkan peningkatan pendapatan dari toko virtual sebesar 8 persen hingga 10 persen dari total pendapatan bersih perseroan pada tahun ini.
“Para pelaku usaha karena tahu produknya banyak dicari, maka mereka meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Saat ini di antara peritel sudah meningkatkan kapasitas produk fresh dan groceries. Peningkatan pelayanan ditingkatkan karena kue ekonomi yang dibagi makin kecil porsinya. Kalau tidak demikian akan tertinggal,” kata Roy.
Laporan Euromonitor yang dikutip USDA memperlihatkan bahwa penjualan oleh ritel modern untuk format supermarket dan hypermarket dipimpin oleh Transmart Carrefour dengan total penjualan senilai US$1,06 miliar.
Posisi Transmart disusul oleh Hypermart yang membukukan penjualan senilai US$455,1 juta pada 2020. Superindo, Giant, dan Lotte Mart secara berturut-turut berada di peringkat selanjutnya dengan nilai penjualan US$432,5 juta, US$367,2 juta, dan US$305,4 juta.