Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merevisi target devisa sektor pariwisata menyusul belum pulihnya sektor ini setelah tertekan Covid-19.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan sektor pariwisata masih dalam kondisi memprihatinkan karena anjloknya jumlah kunjungan wisatawan selama pandemi.
Dalam rapat bersama Komisi X DPR RI pada Rabu (2/6/2021), Sandiaga mengatakan situasi tersebut membuat kementeriannya harus merevisi target penerimaan devisa dari sektor pariwisata yang sebelumnya dipatok dapat mencapai US$4,8 sampai 8,5 miliar pada 2021.
Dalam target terbaru, Kemenparekraf memperkirakan penerimaan negara dari pariwisata hanya akan mencapai US$830 juta sampai US$300 juta sampai US$410 juta.
Penyesuaian target juga dilakukan untuk 2022 di mana devisa yang diraup turun menjadi US$830 juta sampai US$1,44 miliar. Kemenparekraf sebelumnya mematok devisa pariwisata pada 2022 mencapai 10,6 sampai US$11,3 miliar.
Revisi tersebut, lanjut Sandiaga, juga dilakukan terhadap target kunjungan wisatawan mancanegara untuk 2021. Dari yang awalnya di kisaran 4 sampai 7 juta kunjungan menjadi 1,5 sampai 2,1 juta kunjungan.
Baca Juga
"Sampai 2 Juni ini, perbatasan internasional masih ditutup. Ditambah lagi dengan prediksi terbaru bahwa kunjungan wisatawan internasional belum memulih hingga 2024. Sehingga kita perlu tetap memberikan semangat bagi para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif melalui kebijakan-kebijakan, sehingga mereka tidak hanya dapat bertahan tetapi juga dapat meraih peluang untuk jadi pemenang," ujar Sandiaga dikutip dari siaran pers, Kamis (3/6/2021).
Sementara itu, Kemenparekraf juga mengajukan nilai pagu indikatif untuk tahun anggaran 2022 sebesar Rp3,81 triliun. Angka tersebut turun 16,39 persen dibandingkan dengan aggaran 2021 sebesar Rp4,56 triliun.
Anggaran tersebut akan digunakan untuk 3 program utama yaitu program dukungan manajemen sebesar Rp1,06 triliun, turun 3,02 persen dibandingkan dengan pagu 2021. Kedua, program kepariwisataan dan ekonomi kreatif sebesar Rp1,7 triliun. Yang terakhir adalah program pendidikan dan pelatihan vokasi sebesar Rp1,02 triliun.
Meskipun ada penurunan nilai anggaran, Sandiaga mengatakan nilai anggaran tersebut akan dimanfaatkan untuk memperkuat beberapa program utama dari Kemenparekraf/Baparekraf.
"Mungkin jika ada penguatan di desa wisata dan ekonomi kreatif ini mungkin dapat menjadi suatu terobosan yang inovatif, kolaboratif, dan adaptif," kata Sandiaga.
Sandiaga berharap angka pagu indikatif ini menjadi sinyal bagi jajaran Kemenparekraf/Baparekraf untuk bekerja keras memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Air.
"Tentunya ini dengan penyesuaian, kita harapkan akan ada pembukaan lapangan kerja dan juga keberpihakan bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang membutuhkan sentuhan," ucapnya.