Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) menyerukan rencana pengeluaran US$50 miliar atau Rp715 triliun (Rp14.300/US$) untuk mempersempit kesenjangan akses vaksin yang mengancam pemulihan ekonomi global dari pandemi.
Selaras dengan itu, Organisasi Kesehatan Dunia memimpin kampanye membangun pekerjaan bertajuk Acces to Covid-19 Tools Accelerator dengan alokasi dana US$35 miliar yang berasal dari hibah.
Dana sebesar US$15 miliar lainnya akan datang dari pemerintah nasional, yang berpotensi didukung fasilitas bank pembangunan multilateral.
Carl Bildt, utusan khusus untuk Accelerator mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa negara-negara kaya harus didorong untuk berbagi dosis berlebih dan membantu menutup kesenjangan pendanaan US$19 miliar atau sebesar Rp271,7 triliun untuk menekan penularan.
Dia mengatakan pencapaian target tersebut tergantung pada peningkatan kerja sama antarnegara yang selama ini mengutamakan kepentingan masing-masing.
Sementara itu menurut IMF, memvaksinasi miliaran orang di seluruh planet membutuhkan hibah dimuka tambahan untuk Covax, sumbangan dosis surplus dan aliran bahan mentah dan produk jadi lintas batas gratis. Meningkatkan kapasitas produksi vaksin dan pengawasan genom diperlukan untuk mempersiapkan mutasi virus dan potensi guncangan pasokan.
Baca Juga
"Pemulihan ekonomi menyimpang secara berbahaya. Kesenjangan akan semakin melebar antara negara-negara kaya yang memiliki akses luas ke vaksin, diagnostik, dan terapi, dan negara-negara miskin yang masih berjuang untuk menginokulasi petugas kesehatan garis depan," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dilansir Bloomberg, Rabu (2/6/2021).
Seruan itu menambah tekanan pada negara-negara kaya untuk meningkatkan pendanaan dan berbagi dosis untuk memerangi virus yang masih berkecamuk secara global bahkan ketika peluncuran vaksin membantu mengendalikan krisis di dalam negeri.
Menurut data pelacakan vaksinasi Bloomberg, hampir setengah dari populasi AS dan 55 persen dari Inggris telah menerima setidaknya satu dosis. Sebaliknya, kurang dari 2 persen populasi Afrika telah divaksinasi pada akhir April.
Namun demikian, seberapa banyak pemerintah kaya akan meningkatkan dukungan mereka masih belum jelas. Beberapa negara telah memperoleh vaksin jauh lebih banyak daripada yang mereka butuhkan, dan para pendukung kesehatan mengatakan lebih banyak yang harus dibagikan dengan seluruh dunia.
Covax, inisiatif vaksin global, telah berhasil mengirimkan hanya 68 juta dari 2 miliar dosis yang diharapkan untuk dikirim pada akhir tahun.