Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Dorong Kerja Sama Industri Pupuk dengan Uzbekistan

peluang kerja sama ekonomi Uzbekistan dan Indonesia terbuka lebar sehingga bisa memacu neraca perdagangan.
Gudang Pupuk. /Pupuk Indonesia
Gudang Pupuk. /Pupuk Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah berupaya untuk menguatkan kerja sama dengan Uzbekistan khususnya pada industri pupuk. Uzbekistan bisa menjadi pemasok kalium klorida (KCl) yang menjadi bahan baku pupuk.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam mengatakan bahwa Indonesia dan Uzbekistan memiliki potensi untuk memperdalam struktur manufaktur melalui peningkatan investasi.

“Kami mendorong terjadinya kolaborasi antara pelaku industri Indonesia dan Uzbekistan, misalnya sektor industri pupuk. Upaya ini diharapkan dapat mendongkrak daya saing,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (25/5/2021).

Khayam mengatakan Kemenperin beberapa waktu lalu ketika mendampingi Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel dan sejumlah anggota dewan telah melakukan kunjungan ke negara yang dikenal sebagai Negeri Para Imam.

Menurutnya, peluang kerja sama ekonomi Uzbekistan dan Indonesia terbuka lebar sehingga bisa memacu neraca perdagangan. Lokasi Uzbekistan di Asia Tengah sangat strategis karena berada di jalur sutera perdagangan. Selain itu, Uzbekistan sedang mengalami perkembangan ekonomi yang cukup pesat.

Khayam menyampaikan, delegasi Indonesia melihat peluang Uzbekistan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri pupuk di tanah air. Salah satu material utama yang selama ini dibutuhkan Indonesia untuk memproduksi pupuk, yakni kalium klorida (KCl).

Selain sebagai bahan baku pupuk, penggunaan KCl juga untuk bahan penolong di industri makanan, minuman, dan medis. Indonesia bukan merupakan negara produsen KCl. Selama ini kebutuhannya dipasok dari Rusia, Kanada, dan Laos.

“Ke depan kita bisa ambil bahan tersebut dari Uzbekistan atau kita berupaya untuk menarik investasi mereka ke Indonesia,” katanya.

Adapun, Uzbekistan memiliki pabrik NPK Samarkand, dengan kapasitas 250.000 ton per tahun. Seluruh bahan baku NPK berasal dari lokal dengan harga gas di Uzbekistan sekitar US$2,2 per MMBTU.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, produk KCl Uzbekistan berwarna merah muda dengan ukuran lebih besar. KCl asal Uzbekistan telah diketahui oleh industri pupuk di Indonesia seperti PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Sentana Adidaya Pratama.

Selain potensi kerja sama di industri pupuk, Rachmat Gobel yang menjadi Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) ini mengatakan bahwa ada peluang di sektor industri agro.

Kabupaten Lumajang, kata Gobel, yang merupakan daerah penghasil pisang di Jawa Timur bisa dicarikan daerah di Uzbekistan untuk dijadikan sister city. Pasalnya, Uzbekistan membutuhkan buah-buah tropis, seperti pisang, buah naga, alpukat, dan kopi untuk konsumsi warganya maupun untuk mendukung industrinya.

“Karena itu, saya mau mendorong agar ada sister city antara kota di Uzbekistan dengan daerah-daerah di Indonesia penghasil buah-buah tropis ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper