Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha pengolahan kedelai memastikan aktivitas impor dan stok komoditas tersebut tidak akan terganggu meskipun permintaan dari China diproyeksi terus menguat dan akan mengerek harga.
Tata niaga impor kedelai yang tak lagi diatur disebut bakal menciptakan keseimbangan pasokan baru di tengah tren kenaikan harga.
“Importir kan sudah rutin melakukan pembelian, kalau ada kenaikan harga pun biasanya menyesuaikan juga seperti apa permintaan perajin. Saya pastikan aktivitas impor tetap berlanjut dan tidak ada kelangkaan,” kata Direktur Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Hidayat, Jumat (21/5/2021).
Hidayat menyampaikan pula bahwa stok kedelai untuk bulan ini dan Juni cenderung aman mengingat aktivitas produksi tahu dan tempe sempat terhenti saat libur Lebaran. Di sisi lain, impor kedelai selama kuartal I/2021 juga cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
“Stok saya perkirakan aman karena kemarin produksi sempat berkurang karena Lebaran,” kata dia.
Seperti dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor selama Januari sampai Maret 2021 mencapai 699.680 ton atau naik 22,42 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu ketika impor kedelai berjumlah 571.539 ton.
Sementara itu, kenaikan nilai impor selama kuartal I/2021 mencapai 60,98 persen dari US$230,67 juta menjadi US$371,34 juta. Kenaikan nilai impor yang lebih tinggi ini menjadi tanda kenaikan harga komoditas tersebut.
Di sisi lain, data Kementerian Perdagangan per 11 Mei 2021 memperlihatkan bahwa stok indikatif kedelai mencapai 520.000 ton. Dengan kebutuhan bulanan di kisaran 250.000 ton, stok yang tersedia saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 2,1 bulan.