Bisnis.com, JAKARTA — Perekonomian Jepang mengalami penurunan untuk kuartal pertama tahun ini akibat pemberlakuan status keadaan darurat yang menyebabkan berkurangnya belanja konsumen.
Seperti dilansir dari perusahaan penyiaran Jepang (Nippon Hoso Kyokai/NHK) pada Rabu (19/5/2021), kantor Kabinet menyatakan bahwa produk domestik bruto (PDB) menyusut 5,1 persen pada tingkat tahunan untuk periode Januari—Maret dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dalam nilai riil. Namun, data terbaru ini tidak seburuk penurunan terbesar minus 28,6 persen pada periode April—Juni tahun lalu.
Jepang merupakan negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia. Belanja konsumen mencakup lebih dari separuh PDB. Angka terbaru tercatat minus 1,4 persen akibat rendahnya omzet di restoran-restoran dan perhotelan.
Di sisi lain, ekspor naik 2,3 persen dan tetap berada pada nilai positif untuk tiga kuartal berturut-turut. Meskipun demikian, pertumbuhan masih lambat karena industri otomotif mengalami kesulitan akibat kekurangan semikonduktor global.
Pemerintah memperkirakan bahwa PDB akan tumbuh sekitar 4 persen dalam nilai riil untuk tahun fiskal berjalan yang dimulai bulan lalu.
Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang Nishimura Yasutoshi mengatakan bahwa pemerintah Jepang sejauh ini tidak berencana mengubah prediksi ekonominya.
Pemerintah menargetkan untuk memulihkan ekonomi hingga tingkat sebelum pandemi dalam tahun fiskal berjalan dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang sehat dalam cara yang fleksibel.