Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penggunaan Kendaraan Listrik Dipacu, Bagaimana Nasib Biofuel ke Depan?

Target pemanfaatan biofuel di RUEN yang semula ditetapkan sebesar 13,8 juta kiloliter (kl) pada 2025 akan direvisi menjadi 11,6 juta kl pada 2025.  
Ilustrasi: Pengisian biodiesel./Isitimewa
Ilustrasi: Pengisian biodiesel./Isitimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Target pemanfaatan biofuel dalam rancangan rencana umum energi nasional (RUEN) akan mengalami penyesuaian.

Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral  Andriah Feby Misna mengatakan bahwa pemerintah tengah menyusun rancangan Grand Strategi Energi Nasional (GSEN). Dalam roadmap baru tersebut, target pemanfaatan biofuel di RUEN yang semula ditetapkan sebesar 13,8 juta kiloliter (kl) pada 2025 akan direvisi menjadi 11,6 juta kl pada 2025.  

"Jadi, memang ada penurunan sekitar 15 persen. Ini karena memang kami memasukkan intervensi seperti kendaraan listrik, sehingga ada penurunan," ujar Feby dalam diskusi Critical Review on The Biofuel Deployment Policy in Indonesia, Selasa (4/5/2021).

Adapun, di dalam GSEN, pemanfaatan biofuel masih akan didominasi oleh biodiesel. Dia mengatakan bahwa pemanfaatan biodiesel diperkirakan meningkat dari 9,2 juta kl pada 2021 menjadi 9,6 juta kl pada 2025.

Meskipun pemanfaatan kendaraan listrik akan digenjot, menurut Feby, ke depan peluang pemanfaatan biofuel masih cukup besar.  Hal ini mengingat pemanfaatan kendaraan listrik ditujukan untuk mensubtitusi kendaraan bermotor berbahan bakar bensin dalam rangka mengurangi impor bensin.

"Target kendaraan listrik sebenarnya untuk pengguna bensin, bukan solar. Jadi, ke depan penggunaan biodiesel sebenarnya peluangnya masih cukup besar," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menyampaikan bahwa sebagai strategi untuk mengurangi impor BBM, pengembangan green fuel dan kendaraan listrik, serta bahan bakar gas (BBG) ke depan akan didorong secara bersamaan.  

"Saat ini impor bensin sekitar 50 persen. Ke depan apakah mau kendaraan listrik, green fuel, atau BBG, kita laksanakan ketiganya. Misalnya, dari 50 persen itu green fuel 15 persen, BBG 15 persen, kendaraan listrik 20 persen," kata Djoko.

"Jadi, setelah impornya setop, terserah nanti mana yang disukai masyarakat, apakah green fuel, kendaraan listrik, atau BBG.  Jadi nanti berjalan alamiah saja setelah impor kita selesai," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper