Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Konsumen (IHK) Jepang mengalami penurunan yang tak terduga pada bulan April ini karena pemotongan biaya telepon seluler atau pulsa oleh operator utama.
Alhasil, penurunan IHK ini membuat target inflasi 2 persen bank sentral Jepang tampak lebih sulit.
Operator utama mendapat tekanan kuat dari Perdana Menteri Yoshihide Suga yang menyerukan agar biaya telepon seluler turun sebanyak 40 persen dengan alasan bahwa biaya telepon seluler Jepang, di antara yang termahal di dunia dan membebani rumah tangga.
Sementara itu, biaya telepon seluler yang lebih rendah dapat membantu meningkatkan pendapatan rumah tangga dan merangsang konsumsi. Kebijakan ini dikhawatirkan memicu deflasi.
Inflasi inti Jepang, yang tidak termasuk makanan segar tetapi termasuk produk minyak, turun 0,2 persen year on year (yoy) di bulan April. Turun lebih dalam dibandingkan dengan penurunan 0,1 persen di bulan sebelumnya.
Pelaku pasar mengamati dengan cermat IHK wilayah Tokyo, yang tersedia sebulan sebelum angka nasional, sebagai indikator harga utama untuk petunjuk tentang dampak biaya ponsel yang lebih murah terhadap inflasi.
Baca Juga
Masaki Kuwahara, Ekonom senior di Nomura Securities, memperkirakan biaya telepon seluler baru, serta diskon lain untuk biaya telepon seluler, akan membebani CPI inti yang lebih luas sekitar 0,4 poin persentase.
Pada bulan April, harga komunikasi, termasuk biaya telepon seluler, turun 26,5 persen. Kondisi ini memicu IHK Tokyo turun 0,44 poin persentase dan mengimbangi penurunan yang lebih lambat dalam biaya energi, seperti data dari Kementerian Dalam Negeri yang dikutip Channel News Asia.